Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rencana KPU Gunakan Sistem Proporsional Tertutup dalam Pemilu 2024, Reaksi Ketua DPW NasDem Jatim: Jangan Bikin Gaduh

Rencana KPU Gunakan Sistem Proporsional Tertutup dalam Pemilu 2024, Reaksi Ketua DPW NasDem Jatim: Jangan Bikin Gaduh Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Jawa Timur, Sri Sajekti Sudjunadi, angkat bicara terkait kemungkinan Pemilu 2024 kembali menggunakan sistem proporsional tertutup yang dilontarkan Ketua KPU RI Hasyim Asyari beberapa hari lalu.

Wanita yang sering disapa Kakak Jess ini meminta agar KPU tidak perlu bikin kegaduhan dan mengkhianati rakyat untuk berdemokrasi. Ia menyarankan KPU fokus melaksanakan tugasnya menyelenggarakan pemilu sesuai undang-undang yang berlaku saat ini. Serta melaksanakan tahapan pemilu dengan jurdil (jujur dan adil), terbuka, dan berintegritas tinggi.

Baca Juga: Semprot KPU Soal Sistem Proporsional Tertutup, Golkar: Ini Memperkuat Oligarki!

"KPU jangan menciptakan problem dan kegaduhan baru dalam kehidupan nasional, dan bahkan membuat kemunduran demokrasi kita," tegas kakak Jess di Surabaya kemarin.

Sementara itu, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya memberi kritikan pada Ketua KPU Hasyim Asyari yang melontarkan kemungkinan sistem proporsional tertutup dan pemilu 2024. Selain tidak patut dan tidak etis, pernyataan tersebut juga melangkahi wewenang dan kapasitasnya.

"Demokrasi sepatutnya bukan memundurkan yang telah maju, tetapi memperbaiki dan menata ulang hal yang kurang saja," ujar Willy.

Baca Juga: KPU Sebut Pemilu 2024 Bisa Kembali ke Sistem Proporsional Tertutup, Apa Maksudnya?

Anggota DPR RI ini menerangkan sistem pemilu jika benar kembali ke sistem proporsioanl tertutup, maka terjadi kemunduran luar biasa.

"Selain menutup peluang rakyat untuk mengenal caleg (calon legislatif), rakyat juga dipaksa memilih 'kucing dalam karung'," ujarnya.

Menurutnya, sistem proporsional terbuka adalah antitesis dari sistem sebelumnya. 

"Sistem proporsional terbuka dahulu dipilih untuk menjawab persoalan kesenjangan representasi. Ada kelemahan pengenalan dan saluran aspiratif rakyat dengan wakil rakyatnya. Dengan kembali ke proporsional tertutup artinya demokrasi kita mengalami kemunduran," terangnya. 

Baca Juga: Ketua KPU Minta Anggotanya Gak ‘Baper’ Kalau Dilaporkan Pihak-pihak Tertentu

Willy juga mengingatkan, jika kita menggugat oligarki maka sistem pemilu tertutup justru representasi dari hal tersebut. Di dalam sistem semacam itulah "perlombaan" untuk mendapatkan nomor urut kecil menjadi pertarungan tersendiri di dalam partai. Selain itu, asal dekat dengan penguasa partai maka soal kinerja yang buruk tidak akan pernah menjadi soal. 

"Proporsional terbuka memungkinkan beragam latar belakang sosial seseorang untuk bisa terlibat dalam politik elektoral. Dengan sistem semacam ini pula, warga bisa turut mewarnai proses politik dalam tubuh partai," terangnya. 

Baca Juga: Sekretaris Partai Ummat Sebut Partainya Telah Penuhi Syarat Verifikasi Ulang, Tapi KPU Belum Beri Pengumuman: Alhamdulilah…

Politisi muda dari NasDem ini tidak menyangkal masih ada pekerjaan rumah (PR) dan kekurangan dalam sistem pemilu yang kita jalankan saat ini. 

"Namun jangan karena kekurangan yang ada, pilihannya adalah kemunduran. Itu sesat pikir namanya. Kalau kita ingin memperbaiki maka harus maju cara berpikirnya, bukan beromantisme dengan sistem lama yang dulu kita koreksi sendiri," pungkas Willy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: