Luas perkebunan kelapa sawit Indonesia dalam Statistik Perkebunan Kementerian Pertanian (2021) tercatat meningkat dari sekitar 294,5 ribu hektare pada tahun 1980 menjadi sekitar 15,1 juta hektare pada tahun 2021. Demikian juga dengan volume produksi CPO meningkat dari sekitar 721,2 ribu ton menjadi 49,7 juta ton pada periode yang sama. Pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat juga meningkat cepat dari hanya sekitar 2 persen menjadi 40 persen dalam periode tersebut.
Perkembangan industri kelapa sawit nasional yang sedemikian rupa mampu membawa Indonesia merebut posisi teratas pada pasar minyak kelapa sawit dunia. Indonesia berhasil menggantikan Malaysia sebagai produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia sejak tahun 2006.
Baca Juga: Provinsi Ini Jadi Cikal Bakal Perkembangan Perkebunan Sawit di Indonesia
Berdasarkan data yang dirangkum PASPI, pasar minyak kelapa sawit dunia pada tahun 1980 didominasi oleh Malaysia dengan pangsa 55 persen, sedangkan pangsa Indonesia hanya sebesar 15 persen. Namun, pada tahun 2021, pangsa Indonesia meningkat menjadi 59 persen, sedangkan pangsa Malaysia turun menjadi 25 persen.
Studi PASPI menemukan, industri sawit mampu menjadi lokomotif yang mampu mentransformasi daerah degraded land bekas lahan-lahan ex-logging yang terisolasi, terpinggirkan, terbelakang, dan terpencil menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Bahkan, dalam studi PASPI terbaru menunjukkan bahwa pengembangan pedesaan dengan lokomotif perkebunan kelapa sawit lebih maju secara ekonomi dibandingkan desa dengan lokomotif nonperkebunan sawit.
Kontribusi industri sawit dalam aspek sosial-ekonomi juga turut dinikmati oleh masyarakat melalui peningkatan PDRB daerah dan PDB Nasional, penyerapan tenaga kerja, serta penurunan kemiskinan. Industri sawit juga mampu menjadi mesin penghasil devisa ekspor yang besar yang pada tahun 2021 mencapai US$36,21 miliar.
"Dengan kinerja demikian, menjadikan industri sawit nasional sebagai benteng pertahanan bagi perekonomian Indonesia baik di masa pandemi Covid-19 maupun resesi ekonomi global," catat laporan PASPI.
Bahkan, bagi perekonomian negara importir, sektor sawit juga berkontribusi besar, yakni melalui penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, menyediakan sumber pangan dan energi global, hingga menjadi sumber minyak nabati yang murah dan berkualitas untuk masyarakat miskin dunia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement