Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Provinsi Ini Jadi Cikal Bakal Perkembangan Perkebunan Sawit di Indonesia

Provinsi Ini Jadi Cikal Bakal Perkembangan Perkebunan Sawit di Indonesia Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Provinsi Aceh menjadi saksi perkembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia sejak masa kolonial. Pada tahun 1911, perusahaan Belgia membuka usaha perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Sei Liput, yang kini menjadi bagian dari Aceh Tamiang.

Dalam laporan PASPI disebutkan, hal ini menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit Aceh menjadi cikal bakal perkembangan perkebunan kelapa sawit yang kini telah menyebar di 26 provinsi Indonesia dari bagian barat hingga timur. Meskipun telah berusia lebih dari satu abad, catat laporan PASPI, perkebunan kelapa sawit Aceh tetap beroperasi hingga hari ini.

Baca Juga: Program Hilirisasi Sawit Ini Berikan Penghematan Devisa Negara Lebih dari Rp300 Triliun

Data Kementerian Pertanian (2019) mencatat bahwa pada level nasional, Aceh menempati posisi ke-10 sebagai provinsi sentra sawit utama di Indonesia. Demikian juga pada level provinsi, kelapa sawit masih menjadi andalan subsektor perkebunan di provinsi ini. Merujuk data Statistik Perkebunan Provinsi Aceh tahun 2021 dalam laporan PASPI, dari sekitar 1,08 juta hektare luas perkebunan di Aceh, sekitar 470,8 ribu hektare atau 44 persen dari total perkebunan di Aceh merupakan perkebunan kelapa sawit.

Melansir laporan PASPI, bagi Provinsi Aceh, perkebunan kelapa sawit telah menjadi keran penyerap tenaga kerja baik sebagai petani maupun karyawan perusahaan perkebunan. Pendapatan dari perkebunan kelapa sawit tersebut yang diterima oleh petani dan karyawan tersebut akan menciptakan multiplier effect yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, baik di level desa maupun daerah.

"Berbagai studi empiris menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit berkontribusi dalam PDRB Provinsi Aceh," catat laporan PASPI.

Eksistensi perkebunan kelapa sawit Aceh tersebut juga sekaligus menjadi bukti atas segala black campaign yang menuduhkan kelapa sawit sebagai tanaman yang menyebabkan kekeringan, tandus, dan merusak gambut. Kebun kelapa sawit Aceh yang dikembangkan satu abad lalu hingga saat ini masih berproduksi menghasilkan tandan buah segar dan minyak sawit. Tidak hanya itu, daerah di sekitar perkebunan tersebut juga tidak berubah menjadi gurun yang kering.

Lebih lanjut dicatatkan laporan PASPI, warisan manfaat dan kontribusi perkebunan kelapa sawit Aceh tersebut tidak hanya dinikmati oleh generasi satu abad lalu atau hari ini saja. Manfaat tersebut dapat dinikmati lebih besar dan lebih inklusif oleh generasi yang akan datang. Oleh karena itu, dibutuhkan tata kelola perkebunan kelapa sawit Aceh yang berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: