Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Politik Unair Tak Setuju Pidato Mega Disebut Kerdilkan Posisi Jokowi: Itu Acara Internal Partai!

Pengamat Politik Unair Tak Setuju Pidato Mega Disebut Kerdilkan Posisi Jokowi: Itu Acara Internal Partai! Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Politik Universitas Airlangga Surabaya, Haryadi, punya pandangan berbeda terkait pidato politik Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di acara HUT PDIP pada Selasa (10/1/2023) lalu.

Banyak pihak menganggap pidato Mega tersebut mengerdilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, Haryadi menyebut bahwa Ketua Umum PDIP tersebut tidak mengerdilkan posisi Jokowi sebagai presiden lantaran Megawati menyampaikannya dalam acara internal partai.

Baca Juga: Tega Nian Sebut Presiden Nggak Ada Apa-apanya Tanpa PDIP, Omongan Mega Dibalas: Andai Jokowi Dirikan Partai...

"Harus dipahami bahwa memang acara itu dimaksudkan sebagai perayaan di dalam keluarga besar dan masyarakat biasa. Sebab, sejak awal didesain merupakan acara internal partai," kata Haryadi dalam keterangan yang diterima di Surabaya, dikutip Minggu (15/1/2023).

Menurut dia, yang paling banyak diundang hadir adalah level akar rumput, yaitu pengurus ranting partai dan Satgas Cakra Buana. Karena itu, pimpinan partai politik lain yang merupakan level elite memang tak diundang. Bahkan, level menteri di kabinet Presiden Joko Widodo tak semuanya diundang.

"Layaknya dalam keluarga, bisa lebih terbuka dalam berbicara. Pesan sebagai keluarga besar adalah ciri khas Bu Mega untuk membangun internal political market dan militansi para kader. PDIP termasuk salah satu partai yang dengan political ID atau identitas politik yang paling kuat. Itu berkat kekuatan mesin politik internal yang dibangun Bu Mega selama bertahun-tahun," ucap dia.

Cara berpolitik demikian sudah terbukti membuahkan hasil. Haryadi menjelaskan faktor yang membuat PDIP berhasil di Pemilu 1999. Selanjutnya, Pemilu 2004 dan 2009, PDIP gagal bahkan terlempar keluar dari kekuasaan. Berikutnya lagi, pada Pemilu 2014 dan 2019, PDIP merebut kembali kekuasaan.

Kemenangan Pileg dan sekaligus Pilpres pada tahun 2014 dan 2019 itu merupakan rekor baru dalam politik kepemiluan di Indonesia. Faktor penentu kemenangan dua kali berturutan itu adalah karena PDIP beruntung memiliki dua figur role model sekaligus, yaitu Megawati dan Jokowi.

"Kekuatan dua figur ini menjadi perekat identitas partai yang begitu kuat. Sekaligus menjadi penentu kemenangan PDI Perjuangan secara berturutan. Betapa pun potensi kekuatannya secara kelembagaan diperlemah oleh pemberlakuan sistem Pemilu proporsional terbuka," ujar Haryadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: