Presiden Polandia Bertanya-tanya Apakah Ukraina Bisa Terus Hidup?
Berpidato di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos pada Rabu, Presiden Polandia Andrzej Duda memohon lebih banyak pengiriman senjata berat dan amunisi ke Ukraina, dengan mengatakan negara itu mungkin tidak akan terus ada jika tidak.
“Saya khawatir sekarang, mungkin dalam beberapa bulan, mungkin berminggu-minggu, akan ada momen yang menentukan dalam perang ini. Dan momen ini adalah jawaban atas pertanyaan: apakah Ukraina akan bertahan atau tidak,” kata Duda dalam pertemuan itu, dilansir RT.
Baca Juga: Gak Disangka, Gak Diduga, Rusia Rilis Hitung-hitungan Kapan Perang Ukraina Berakhir
Senjata yang diberikan AS dan sekutunya ke Kiev tidak cukup untuk mencegah kemungkinan serangan yang tertunda oleh pasukan Rusia, katanya, jadi “sangat penting untuk mengirim dukungan militer tambahan sekarang.”
Duda menambahkan bahwa rudal dan tank modern adalah hal yang paling penting, dan Ukraina membutuhkan bantuan karena “ingin menjadi bagian dari komunitas Barat” termasuk Uni Eropa dan NATO.
“Tapi di atas segalanya, mereka ingin bertahan hidup,” katanya.
Permohonan presiden Polandia datang seminggu setelah Duda mengumumkan bahwa Warsawa akan mengirim sejumlah tank Leopard 2 ke Ukraina, hanya untuk mendapat keberatan dari Jerman.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua dewan keamanan nasional, berspekulasi bahwa “koalisi tank” Polandia hanyalah pintu belakang ke partisi Ukraina yang “sudah lama ditunggu” di Warsawa. Ini merujuk pada "Tanah Perbatasan Timur" yang dikuasai Polandia di antara dua perang dunia, yang meliputi empat wilayah Ukraina modern - Lviv, Volyn, Ivano-Frankovsk, dan Tarnopol.
“Tetapi dalam kasus ini seseorang tidak boleh membuat koalisi, melainkan membuat dokumen kolektif tentang penyerahan rezim busuk Kiev untuk menyelamatkan orang; dan tentang konfigurasi masa depan dari apa yang tersisa dari Ukraina,” kata Medvedev Selasa di akun Telegramnya.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat bahwa mengirim senjata ke Kiev hanya akan memperpanjang pertempuran dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO. AS dan sekutunya bersikeras bahwa mereka bukan pihak dalam konflik tersebut, tetapi para pemimpin politik mereka telah berulang kali mengatakan di depan umum bahwa "Rusia harus kalah" dan berkomitmen untuk bekerja menuju tujuan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement