Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembuat Tempe Menjerit Akibat Tingginya Harga Kedelai

Pembuat Tempe Menjerit Akibat Tingginya Harga Kedelai Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perajin tempe mengeluhkan tingginya harga kedelai sampai saat ini yang sangat berpengaruh pada produksi mereka. Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPC Hipmikindo) Kabupaten Bekasi, Eko Parmono menyampaikan pengusaha tempe berskala kecil dan menengah mengeluhkan harga kedelai yang terlampau tinggi.

Mereka pun berharap harga kedelai bisa stabil dan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19. “Harapan dari mereka harga seperti yang dulu, artinya sampai Rp8.000 per kg. Kalaupun seumpamanya ada kenaikan, itu mereka berharap maksimal Rp90.000,” terangnya.

Eko menambahkan tingginya harga kedelai membuat pengusaha tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi. “Kalau yang kami tangkap dari teman-teman di lapangan, harga sekarang (kedelai) masih cenderung tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejar biaya produksi dan menyebabkan daya jual mereka menurun,” katanya.

Dia menjelaskan, sebelum pandemi melanda, harga kedelai hanya berkisar Rp700.000 per kuintal. Namun, pada Agustus 2022 harga kedelai melonjak jadi Rp 1,4 juta per kuintal. “Hari ini mereka baru belanja bahan tadi pagi, Rp 1,2 juta per kuintal, masih nggak ngejar biaya produksi,” sebutnya.

Salah seorang pengusaha tempe, Siti Tohiroh bercerita dimana dirinya sempat gulung tikar karena tidak kuat lagi membeli bahan baku. Dia bahkan terpaksa harus meminjam modal ke bank keliling dengan bunga yang sangat besar demi dapat produksi kembali.

“Modal boleh pinjam dari bank keliling, bunganya sampai 30%. Misalnya pinjam Rp1 juta kembalinya jadi Rp 1,3 juta,” ucap Siti. Dia sangat berharap harga bahan baku kedelai bisa segera stabil agar para pengusaha tempe skala kecil dan menengah bisa mendapatkan keuntungan yang layak.

Sebab jika harga kedelai masih tinggi, maka pengusaha sepertinya kebingungan untuk mengambil langkah seperti apa. Selain itu, Ia juga berharap ada keberpihakan negara untuk mereka (pengusaha tempe berskala kecil dan menengah) dari sisi modal dan alat produksi modern.  “Dikecilkan (ukuran tempe) enggak laku, digedein nggak dapat apa-apa,” ujar Siti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: