Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Tengah Tingginya Inflasi Global, Bahana Sekuritas Prediksi Perekonomian Indonesia Akan Tumbuh 4,5% di 2023

Di Tengah Tingginya Inflasi Global, Bahana Sekuritas Prediksi Perekonomian Indonesia Akan Tumbuh 4,5% di 2023 Kredit Foto: Vicky Fadil
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah penurunan ekonomi global akibat dampak Covid-19 pada tahun 2022, Indonesia justru menonjol di antara negara berkembang lainnya dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan dan PDB nominal yang dengan cepat kembali ke tingkat pra-pandemi.

Bahkan diprediksi pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai rata-rata 4,5% pada tahun 2023, dengan pengeluaran anggaran belanja pemilu yang mendukung konsumsi rumah tangga.

Demikian pandangan perusahaan sekuritas nasional, Bahana Sekuritas dalam Outlook Indonesia 2023. Head of Research Bahana Sekuritas Yusuf Ade Winoto mengatakan di tengah tingginya inflasi global tahun lalu, inflasi Indonesia masih dapat tertahan karena basis rendah untuk sebagian besar tahun 2022, sebelum lonjakan pada bulan September yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar.

Baca Juga: Gencarkan Ekspansi Mirae Asset Academy, Mirae Asset Sekuritas Gandeng Galeri Investasi di Kampus-Kampus

“Asumsi Indeks Harga Konsumen (IHK) YoY kami untuk tahun 2023 adalah 5%. Hal ini karena adanya efek basis rendah tahun lalu, bersamaan dengan adanya tekanan kenaikan inflasi yang didorong oleh sisi permintaan dari kenaikan upah minimum,” kata Yusuf dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (21/1/2023).

Yusuf menambahkan surplus perdagangan sebesar USD3-5 miliar per bulan, dapat berlanjut dengan didukung oleh ekspor minyak kelapa sawit dan batu bara yang kuat sehingga membantu neraca berjalan mempertahankan surplus (asumsi 0,2% dari PDB untuk tahun 2023).

Namun, adanya perbedaan suku bunga deposito valas yang lebar dibanding bank luar negeri membuat pendapatan ekspor yang kuat tidak dikonversi menjadi pasokan dolar domestik dan meningkatkan cadangan devisa.

“Kami meyakini reformasi struktural seperti revisi Undang-Undang Devisa mungkin diperlukan untuk membalikkan keadaan tersebut. Kami juga melihat adanya risiko terhadap rupiah di tahun ini,” imbuhnya.

Bank Indonesia, lanjut Yusuf, termasuk yang terakhir diantara bank sentral lainnya dalam menaikkan suku bunga, tetapi juga menjadi yang pertama berbalik kepada kebijakan pengetatan yang tidak terlalu agresif (kenaikkan suku bunga hanya sebesar 25-bps pada bulan Desember, meskipun The Federal Reserve dan European Central Bank menaikkan suku bunga sebesar 50-bps).

Baca Juga: CEO ICE dan Senator Warren Sepemikiran Kripto Akan Diatur sebagai Sekuritas

“Langkah dovish ini telah membalikkan kinerja rupiah yang sebelumnya kuat, yang menurut asumsi kami akan berada di level rata-rata 15.800 per dolar sepanjang tahun 2023. Sementara itu, kami mempertahankan asumsi dasar kami akan kenaikkan BI rate menjadi 6,00% tahun ini,” terangnya.

Yusuf menyampaikan upaya pendisiplinan fiskal lewat konsolidasi fiskal kemungkinan akan berlanjut, dengan perkiraan defisit anggaran hanya akan mencapai 2,5% dari PDB untuk tahun 2023. Menjelang pemilu 2024, transisi kepemimpinan di tingkat daerah (gubernur, bupati, walikota) dapat membatasi efektivitas belanja pemerintah, terutama di 4Q23.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Vicky Fadil
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Advertisement

Bagikan Artikel: