Rocky Gerung Peringatkan Kaesang Pangarep Supaya Gak Modal ‘Nebeng’ Nama Bapak Jika Terjun ke Dunia Politik
Pengamat politik sekaligus akademisi Rocky Gerung memperingatkan Kaesang Pangarep yang ingin terjun ke dunia politik mengikuti jejak ayah, kakak dan kakak iparnya.
Menurut Rocky, tidak dipungkiri bahwa dinasti telah dibangun. Tetapi dia mengatakan dinasti tidak selamanya negatif, selama Kaesang memang kompeten terjun ke dunia politik.
“Tentu pengertian dinasti itu mengingatkan pada sistem kerajaan di masa lalu untuk yang orang memperoleh kekuasaan karena fatwa dari langit dan karena jenis darah yang sama warnanya yaitu darah biru,” jelas dia seperti dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official yang dilansir Kamis (26/1/23).
“Tetapi klaim bahwa kekuasaan itu diberikan dari langit kemudian dibatalkan saat revolusi Prancis dan raja Louis XVI itu berhasil dipancung kepalanya karena mengklaim bahwa kekuasaan dia hanya akan berpindah ke anak-anaknya ke terus-menerus dan tidak mungkin balik kepada rakyat,” tambahnya.
“Sampai pada satu pagi di 1789 ada warga negara Prancis nenteng-nenteng kepala Louis XVI dan rakyat kemudian bergembira menganggap bahwa ternyata kepala lebih Louis XVI itu bukan di Mahkota dari langit,” ungkapnya.
“Buktinya mahkotanya bisa lepas dari kepalanya, bahkan kepalanya lepas dari badannya karena diakhiri dengan semacam kesepakatan bahwa mahkota itu adalah mahkota rakyat,” jelasnya.
Karena bukti di masa lalu inilah Rocky mengatakan dinasti kerap kali dianggap negatif.
Meski begitu, ia tidak memungkiri bahwa pendidikan politik di dalam keluarga itu yang menyebabkan dinasti publik modern.
“Indonesia bukan sistem kerajaan, India juga bukan kerajaan, Amerika bukan kerajaan tetapi mereka tetap punya dinasti,” jelasnya.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Presiden Jokowi Politisi yang Pongah karena Ini: Padahal Sudah Dijewer Megawati!
“Gibran dan Kaesang tentu belajar dari ayahnya itu, tetapi kalau Gibran dan Kaesang misalnya setuju dengan Presiden Threshold (PT) 20% karena ayahnya mungkin akan punya partai yang bisa menang menggunakan 20% maka itu dinasti yang feodal,” tambanya.
“Dan ketidakwajaran itu terjadi kalau anak dari si politisi itu nebeng pada kekuasaan ibunya atau bapaknya sementara ibunya dan bapaknya juga protektif terhadap dia,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Advertisement