Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Seruan Boikot Produk Swedia Usai Al-Qur'an Dibakar, 5 Merk yang Ada di Indonesia Siap-siap

Seruan Boikot Produk Swedia Usai Al-Qur'an Dibakar, 5 Merk yang Ada di Indonesia Siap-siap Kredit Foto: Unsplash/Zheka Kapusta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seruan boikot terhadap produk Swedia di Indonesia mencuat. Hal ini dipicu pembakaran Al-Qur'an oleh politikus sayap kanan Swedia-Denmark pada Sabtu (21/1/2023) lalu.

Padahal, negara maju di Skandinavia itu memasok sebagian kebutuhan tanah air. Kita tentu tak asing dengan merek furnitur IKEA dan vaksin Covid-19, Astra Zeneca. Dua contoh produk yang dihasilkan di Swedia. 

Baca Juga: Apa Kerugian Paling Besar yang Didapat Swedia? Kehilangan Sekutu?

Seperti diketahui, pembakaran Al-Qur'an dilakukan oleh Pemimpin Politik, Rasmus Paludan dalam aksi demonstrasinya di depan Kedutaan Besar Turki.

Paludan yang juga menjabat Kepala Partai Politik Sayap Kanan Denmark Starm Kurs itu membakar Al-Qur'an setelah menyampaikan pemikiran remeh soal imigran muslim di Swedia. Pemikirannya soal kaum muslim dianggap sebagai langkah kebebasan berekspresi, bukan penghinaan terhadap agama tertentu. 

Setelah aksinya diketahui dunia, produk-produk Swedia yang telah terekspansi secara global terancam diboikot. Berikut daftar produk Swedia yang ada di Indonesia. 

1. IKEA

IKEA merupakan produsen perlengkapan rumah yang berdiri sejak 1943 di Swedia. Pengembang pertamanya adalah Ingvar Kamprad.

Saat ini IKEA memiliki lebih dari 400 gerai yang tersebar di lebih dari 50 negara. Produk-produk IKEA menjadi andalan salah satunya karena sangat lengkap menjawab kebutuhan. 

2. AstraZeneca

Saat pandemi Covid-19 melanda di seluruh dunia, Astra Zeneca menjadi salah satu vaksin yang diandalkan. Program vaksinasi massal pemerintah Indonesia juga menggunakan Astra Zeneca sebagai salah satu vaksinnya. 

3. Spotify

Spotify menawarkan layanan berselancar musik dalam jaringan lewat telepon pintar. Pengguna berlangganan yang jumlahnya mencapai 170 juta bahkan tak perlu terganggu dengan iklan ketika menikmati layanan ini.

Aplikasi berlogo hijau tersebut pertama kali dikembangkan pada 2006 oleh dua warga Swedia, Daniel Ek dan Martin Lorentzon. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: