Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raksasa Pembuat Senjata Rheinmetall Pepet Lockheed Martin Demi HIMARS

Raksasa Pembuat Senjata Rheinmetall Pepet Lockheed Martin Demi HIMARS Kredit Foto: Twitter/Oleksii Reznikov
Warta Ekonomi, Berlin -

Pembuat senjata asal Jerman Rheinmetall sedang dalam pembicaraan dengan Lockheed Martin, perusahaan Amerika Serikat yang memproduksi beberapa peluncur roket HIMARS (Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi) yang banyak digunakan pasukan Ukraina.

"Pada Konferensi Keamanan Munich, kami bertujuan mencapai kesepakatan dengan Lockheed Martin untuk memulai produksi HIMARS (di Jerman)," kata Armin Papperger, mengacu pada pertemuan tahunan para pemimpin politik dan pertahanan pada pertengahan Februari.

Baca Juga: Raksasa Rheinmetall Genjot Produksi Amunisi hingga HIMARS di Jerman

“Kami memiliki teknologi untuk produksi hulu ledak serta untuk motor roket dan kami memiliki truk untuk memasang peluncur,” kata Papperger, menambahkan kesepakatan dapat mendorong investasi beberapa ratus juta euro yang akan dibiayai oleh Rheinmetall. bagian utama.

Rheinmetall, katanya, juga mengincar pengoperasian pabrik mesiu baru, kemungkinan di negara bagian Saxony, Jerman timur, tetapi investasi sebesar 700 hingga 800 juta euro harus ditanggung oleh pemerintah di Berlin.

"Negara harus berinvestasi, dan kami menyumbangkan pengetahuan teknologi kami. Sebagai imbalannya, negara mendapat bagian dari pabrik dan keuntungan yang dihasilkannya," saran Papperger.

"Ini adalah investasi yang tidak layak untuk industri itu sendiri. Ini adalah investasi untuk keamanan nasional, dan karena itu kami membutuhkan negara federal," katanya, seperti dilansir Reuters.

Pabrik itu diperlukan karena kekurangan dalam produksi bubuk khusus bisa menjadi hambatan, menghambat upaya untuk meningkatkan produksi peluru tank dan artileri.

Beberapa hari sebelum pertemuan dengan menteri pertahanan yang baru, Papperger mendorong peningkatan anggaran pertahanan Jerman.

"Anggaran pertahanan 51 miliar euro tidak akan cukup untuk membeli semua yang dibutuhkan. Dan uang dalam dana khusus 100 miliar euro telah dialokasikan - dan sebagian dimakan oleh inflasi," katanya.

"100 miliar euro terdengar seperti jumlah yang sangat besar, tetapi kami sebenarnya membutuhkan paket 300 miliar euro untuk memesan semua yang diperlukan," tambahnya, mencatat bahwa dana khusus 100 miliar euro tidak termasuk pembelian amunisi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: