Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengawali Februari, Harga CPO Domestik Turun Lagi Nih, Kok Bisa?!

Mengawali Februari, Harga CPO Domestik Turun Lagi Nih, Kok Bisa?! Kredit Foto: Austindo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) tercatat turun menjadi Rp11.500/kg di awal Februari 2023 (1/2/2023). Dengan demikian, terdapat penurunan sekitar Rp100/kg dibandingkan harga CPO pada Selasa (31/1/2023) yang mencapai Rp11.600/kg. Tidak hanya itu, jika dibandingkan pada awal Januari 2023, harga CPO tersebut turun 4,9% atau sekitar Rp600/kg dari yang sebelumnya Rp12.100/kg. 

Melansir laman InfoSAWIT pada Kamis (2/2), untuk Franco wilayah Dumai, harga CPO ditetapkan Rp11.500/kg. Sementara harga CPO wilayah Lampung dibuka Rp11.350/kg, namun terjadi Withdraw (WD) dengan penawaran tertinggi Rp11.200/kg.

Baca Juga: Siap Sejahterakan Petani Kelapa Sawit Lewat Koperasi, Menkop Teten: Ini Tidak Boleh Gagal!

Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pungutan Ekspor dan patokan Bea Keluar (BK) dua minggu sekali guna menghabiskan stok minyak sawit yang sebelumnya penuh. Harga referensi CPO untuk penetapan BK dan tarif BLU BPDPKS atau PE periode 1–15 Februari 2023 adalah USD 879,31/MT. Nilai ini turun sebesar USD 41,26 atau 4,48% dari periode 16 - 31 Januari 2023, yaitu sebesar USD 920,57/MT.

“Saat ini harga referensi CPO mengalami penurunan yang mendekati ambang batas sebesar USD 680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini maka pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD 52/MT dan PE CPO sebesar USD 90/MT untuk periode 1 – 15 Februari 2023,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso, dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan RI. 

Baca Juga: Wacana Larangan Soal Rokok Ketengan Sulit Direalisasikan, Jokowi Disorot Tajam: Jangan Cuma Kelihatan Sibuk

Penurunan harga referensi CPO dipengaruhi beberapa faktor diantaranya penurunan permintaan dari India dan Tiongkok, penguatan kurs Ringgit terhadap USD, dan peningkatan harga minyak nabati lainnya karena penurunan produksi di Amerika. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: