Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rocky Gerung Sebut Subsidi Mobil Listrik Hanya sebagai 'Bedak untuk Poles Politik yang Busuk'

Rocky Gerung Sebut Subsidi Mobil Listrik Hanya sebagai 'Bedak untuk Poles Politik yang Busuk' Kredit Foto: Instagram/Rocky Gerung
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik Rocky Gerung menyebut program subsidi kendaraan listrik sebesar Rp5 triliun oleh pemerintah hanyalah 'bedak' untuk memoles wajah politik yang busuk di Indonesia.

Pasalnya, berdasarkan data World Population Review, Indonesia tergolong dalam 100 negara termiskin pada tingkat dunia, tepatnya di posisi ke-73.

Baca Juga: Pemerintah Gencar Gaungkan Mobil Listrik, Rocky Gerung: Bentar Lagi Itu Sudah Ketinggalan Zaman

Artinya, Indonesia bukan pasar yang tepat untuk penjualan mobil listrik. Sebab, daya beli masyarakat tidak memenuhi untuk membeli jenis kendaraan yang diklaim ramah lingkungan tersebut.

Di sisi lain, laporan Transparency International menunjukkan Indonesia adalah negara terkorup ke-5 di Asia Tenggara. 

Baca Juga: Keberanian Modali Industri Mobil Listrik, Jokowi: Kalau Kita Mundur, Jangan Harap Jadi Negara Maju!

"Itu artinya, orang tahu bahwa kongkalikong subsidi itu di dalamnya ada korupsi," kata Rocky, dikutip dari Youtube Forum News Network, Minggu (5/2/2023).

"Jadi sebetulnya, ini semacam bedak doang untuk memoles politik yang busuk," lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyinggung soal PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) yang dirumorkan bakal meluncurkan mobil listrik Neta U dan Neta V pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023.

Meski mobil itu diluncurkan oleh merek lokal, namun Rocky Gerung menggarisbawahi bahwa produk-produk mobil listrik tersebut berasal dari perusahaan Tiongkok, yakni Hozon Auto.

Baca Juga: Temui Menko Luhut Demi Bahas Detil Soal Insentif Mobil Listrik, ESDM: Uang Rakyat, Harus Hati-hati

"Yang bagian dari Indonesia itu paling anginnya doang yang dimasukkan lewat kompresor buatan China. Jadi, sekali lagi, orang-orang akan menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang seolah-olah bermutu, padahal sebenarnya itu adalah marketing doang," ujarnya.

"Dan yang lebih penting, kita tahu bahwa kita belum menguasai teknologi itu. Kita cuma perakit saja," imbuh dia.

Baca Juga: Cucu Pendiri Toyota Umumkan Mundur dari Posisi CEO, Persiapan ke Industri Mobil Listrik?

Oleh karena itu, ia berpendapat kampanye mobil listrik di Tanah Air lebih kuat unsur politiknya daripada unsur lingkungannya.

"Kalau kita bicara tentang mobil listrik, apakah prinsip mobil listrik itu dihasilkan secara demokratis atau tidak? Kita tahu bahwa itu tidak secara demokratis karena ada monopoli suplai energi di situ dan juga hal-hal lainnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: