Indonesia memiliki lebih dari 272 juta penduduk dan berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJI), pengguna internet di Indonesia telah mencapai sejumlah 77,02% dari jumlah seluruh populasi yang ada.
Dengan ini Indonesia menyumbang 3,9% dari pengguna internet secara global yang juga membuat Indonesia menjadi pasar potensial untuk berbagai bisnis dan industri.
Namun, dengan penetrasi internet yang besar dan terus bertumbuh ini, Atmaji Sapto Anggoro yang merupakan anggota dari Dewan Pers menyampaikan bahwa media massa tidak menempati urutan pertama jika dilihat dari perilaku pengguna internet di Indonesia, di mana konten yang paling banyak diakses didominasi oleh media sosial, kemudian diikuti oleh chatting online, shopping online, game online, baru ditempati oleh portal berita/infotaiment/gosip.
Baca Juga: Hari Pers Nasional 2023: Pers Diimbau untuk Teguh pada Kebenaran dan Kepentingan Umum Jelang Pemilu
Meskipun demikian, peluang media massa masih sangat besar dan disaat yang bersamaan juga menghadapi tantangan persaingan yang ketat. Atmaji menyebut bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah media terbanyak di dunia.
Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengklaim bahwa Indonesia memiliki sekitar 47.000 media yang terbagi menjadi media cetak, radio, TV, dan media online. Jumlah tersebut terdiri dari 2.000 media cetak, 674 radio, 523 TV, dan sisanya media online, dengan daerah penyumbang media terbanyak secara berurutan berasal dari Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan.
"Banyak sekali model bisnis yang bisa kita lakukan, seperti paling mudah tadi kerjasama dengan pemda atau instansi, sponsorship dari lembaga/institusi, kepanjangan tangan funding/LSM/partai, bagian dari PR dan EO, developing komunitas dan lainnya," tutur Atmaji dalam acara Konvensi Nasional Media Massa pada Rabu (8/2/2023).
Selain model bisnis di atas, model bisnis lain yang bisa dijalankan oleh media massa saat ini dengan memanfaatkan digitalisasi antara lain melalui model bisnis programatic atau yang berkaitan dengan pembuatan SEO, back link, konten premium, Google News Case, standard ads, community engagement, community insight, platform media sosial, aplikasi, game, dan masih banyak lagi.
Arah komunikasi media massa saat ini pun banyak mengalami perubahan, jika dulu arah komunikasinya satu arah atau linear, media massa saat ini memiliki arah komunikasi lebih dari dua arah, acak, dan nonlinear sebagai dampak dari digitaliasi dan perkembangan media. "Yang paling utama dari perusahaan teknologi itu adalah selalu berpikir membuat ekosistem baik yang luar dengan environment maupun membuat ekosistem supaya environment masuk ke dalam ekosistem mereka," ujar Atmaji.
"Yang saya khawatirkan adalah banyak mereka [media massa] mengutamakan konten kreasi bukan berita, mengejar content everlasting/evergreen. Kenapa membuat content everlasting/evergreen? Supaya berlanjut, kalau bikin berita [misal tentang] kecelakaan satu hari selesai. Ini bisnis media online/internet banyak yang menyeragkan online-nya, teknologi internet ke pihak ketiga. Ini sebenarnya menyerahkan [nyawa] diri [kepada pihak lain]," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement