Raih Gelar Sarjana, Gus Miftah Paparkan Skripsi Tentang Islam Berwawasan Kebangsaan
Pendakwah kondang Gus Miftah baru saja menyelesaikan sidang skripsinya untuk program studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Gelaran sidang skripsi itu pun dilaksanakan pada Senin (6/2/2023) yang dibuka untuk umum di Auditorium Unissula. Adapun judul skripsinya "Pendidikan Islam Berwawasan Kebangsaan Berbasis Al Mizah dan Al Miftahiyyah".
Baca Juga: Gus Miftah Bikin Kuis Sebut Nama-nama Nabi Berhadiah Rp200 Ribu Berakhir Ngakak, Bocah: Nabi Luhut!
Ia menyatakan persoalan konsep pendidikan agama Islam berwawasan kebangsaan dan pendidikan berbasis Al Mizah dan Al Miftahiyyah.
Menurutnya saat ini orang mencintai Tanah Air tanpa dasarnya. Buktinya, ketika Palestina diserang Israel, banyak orang teriak membela Palestina.
"Ini aneh, untuk mencintai negaranya dia membutuhkan dalil, sedangkan untuk mencintai negara orang lain dia tidak membutuhkan dalil," papar Gus Miftah, dalam sidang skripsi tersebut.
Maka demikian, ia menjelaskan pendidikan Islam berwawasan kebangksaan adalah suatu proses dalam rangkaian pandangan yang mencerminkan sikap dan kepribadian yang cinta Tanah Air.
Ia pun mencontohkan Nabi Muhammad diusir dari Kota Mekkah, dan sampai di kota Madinah, Nabi Muhammad berdoa, anugrahkanlah dirinya untuk sama mencintai Madinah seperti mencintai Mekkah.
"Inilah dalil-dalil ini tentunya terjadi kontra narasi bahwa mencintai Indonesia itu tidak ada dalilnya. Semakin mengetahui Tanah Airnya harusnya semakin cinta dengan bangsanya," jelas Gus Miftah.
Kembali pada konteks pembelajaran Al Mizah dan Al Miftahiyyah tadi, Gus Miftah mencontohkan itu merupakan metodologi pembelajaran yang menyenangkan.
Bahkan, dengan pembelajaran tadi, preman di Jakarta sekelas Hercules menyatakan ikut pengajian.
Alasan GUs Miftah karena dia mempraktekan pendekatan pembelajaran Al Mizah dan Al Miftahiyyah kepada Hercules.
"Mudahkanlah dan jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan buat orang lari," jelas Gus Miftah.
Penyampaian itu dilakukan di Unissula di depan rektor sekaligus rangkuman dari ujian sidang skripsi.
Kemudian, setelah itu, pria dengan nama lengkap KH Miftah Maulana Habiburrahman ini menemui insan pers dan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan
Ia menjelaskan alasannya melanjutkan kuliah walaupun sudah jadi orang terkenal. Gus Miftah hanya menyampaikan dirinya terketuk hatinya mendengar jawaban anak kecil ingin menjadi dirinya walaupun tidak menyelesaikan kuliah.
"Anak kecil itu menjawab karena Gus Miftah tetap bisa menjadi ulama terkenal meskipun tidak melanjutkan kuliah. Saya merenung dan pilihan untuk tidak melanjutkan kuliah dimasa lalu bukan pilihan yang bijak. Padahal saat itu saya hanya tinggal menyelesaikan beberapa mata kuliah saja dan skripsi. Ini preseden yang buruk dan bukan teladan yang baik bagi santri santri saya yang juga banyak yang kuliah. Oleh karenanya saya memantabkan diri untuk melanjutkan kuliah di Unissula,” beber Gus Miftah.
Karena jawaban anak itu yang dia dengar, dia pun termotivasi menyelesaikan kuliahnya. Tak pelak guru Gus Miftah, Habib Lufti Bin Yahya Pekalongan kemudian mendorongnya untuk menyelesaikan gelar S1 nya.
Dalam pengalamannya pun, ketika dia keluar negeri kerap mendapatkan pertanyaan gelar pendidikannya apa. Padahal, ada juga sebagian universitas yang mau memberinya gelar doktor honoris causa.
“Saya lebih memilih menempuh perkuliahan secara reguler. Atas doa dari semuanya setelah mendapat gelar sarjana kali ini dan dilanjutkan ke program magister dan ke depannya program doktor maka dalam lima tahun ke depan saya optimis bisa meraih gelar doktor,” tambahnya.
Di tempat yang bersamaan, Rektor Unissula Prof Dr Gunarto SH MH yang menjadi ketua majelis sidang skripsi memeparkan paparan yang disampaikan Gus Miftah sangat berkesinambungan dengan persoalan bangsa saat ini.
“Fakultas Agama Islam Unissula dipercaya menguji ulama besar yang sangat dekat dengan umat juga dekat dengan pemerintah. Skripsinya sangat bagus, karena beliau menulis dan mengembangkan penelitian berdasarkan realitas dakwah yang dilakukannya terbukti efektif di masyarakat,” pungkas Prof Gunarto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement