Didirikan oleh Anak Petani, Miniso Kini Punya Ribuan Jaringan di Seluruh Dunia
Tahun lalu, Ye Guofu sang pendiri Miniso, resmi masuk dalam daftar miliarder versi Forbes 2024 dengan total kekayaan mencapai 2,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 42,9 triliun. Catatan ini menjadi pencapaian terbaru dalam perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi, dari seorang anak petani di desa terpencil hingga menjadi pengusaha global.
Lahir pada tahun 1978 di sebuah desa kecil di Pegunungan Shennongjia, Hubei, China, Ye adalah anak bungsu dari seorang petani sederhana. Ia tumbuh dalam kondisi serba kekurangan, tetapi rasa ingin tahunya tentang dunia luar terus berkembang. Gambar kota-kota besar seperti Beijing, Los Angeles, dan New York yang dilihatnya dari kalender pasar menjadi pemantik impian Ye untuk menjelajahi dunia.
Seperti banyak anak muda di China pada masanya, Ye sempat bercita-cita menjadi penyanyi. Namun, impian itu pupus setelah gurunya mengkritik suara fals Ye di depan teman-temannya. Meskipun sempat kehilangan rasa percaya diri, Ye tidak berhenti bermimpi. Ia mengalihkan fokusnya untuk sukses di bidang lain.
Ye melanjutkan pendidikan di Universitas Ekonomi dan Hukum Zhongnan, mengambil jurusan manajemen ekonomi. Namun, ia terpaksa berhenti sebulan sebelum kelulusan karena tidak mampu membayar biaya kuliah.
Pada 1998, di usia 21 tahun, Ye pindah ke provinsi pesisir Guangdong tanpa memberi tahu orang tuanya untuk mencari pekerjaan. Setelah tiga bulan mencari, ia mendapat pekerjaan sebagai staf penjualan di pabrik pipa baja setempat.
Baca Juga: Rencana Kerja Sama Kemenkop-DPRD Jateng Sukseskan Program Prioritas Pemerintah
Pengalaman bekerja di pabrik memberikan wawasan tentang manajemen produksi dan kualitas produk. Keahlian ini menjadi fondasi penting ketika Ye memutuskan untuk berbisnis.
Ia memulai dengan menjual tembikar, tetapi bisnis tersebut berakhir karena perbedaan visi dengan rekannya. Kemudian, Ye mencoba usaha lain, yaitu menjual kosmetik dan aksesori dengan membuka toko bernama Aiyaya yang fokus pada produk murah.
Pada 2013, perjalanan bisnis Ye memasuki babak baru ketika ia bertemu Miyake Junya, seorang desainer asal Jepang. Kolaborasi keduanya melahirkan Miniso, sebuah jaringan toko ritel yang menawarkan produk rumah tangga berkualitas dengan harga terjangkau. Konsep Miniso terinspirasi dari tren minimalisme serta popularitas merek Jepang seperti Muji dan Uniqlo.
Toko pertama Miniso dibuka di Guangzhou pada akhir 2013. Untuk memperluas jangkauan, Ye mengadopsi model bisnis waralaba. Dalam waktu singkat, Miniso berkembang pesat hingga membuka lebih dari 6.000 toko di 80 negara, termasuk Indonesia. Bahkan pada 2020, Miniso mencatatkan sahamnya di Bursa Efek New York dan menghasilkan 608 juta dolar AS.
Baca Juga: Perjalanan Bisnis Garibaldi Thohir, Gagal di Properti tapi Sukses Besar di Batu Bara
Miniso sempat menghadapi kritik pada tahun 2022 karena dianggap memasarkan diri sebagai merek Jepang, padahal berasal dari China. Kontroversi ini muncul setelah Miniso memposting gambar boneka yang disebut "boneka geisha Jepang," tetapi mengenakan pakaian tradisional China, qipao.
Menanggapi kritik, Miniso meminta maaf dan berjanji akan mengubah logonya serta meninggalkan elemen yang bernuansa Jepang.
Di luar kontroversi itu, Miniso adalah Miniso. Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada 25 Februari 2017, tepatnya di Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat, kini kurang lebih sudah ada 300 toko Miniso yang beroperasi di 130 kota di seluruh Tanah Air.
Selain tersebar meluas di banyak kota, Indonesia menjadi target pasar yang istimewa bagi Miniso. Bahkan, toko Miniso terbesar di dunia dibuka di Central Park Mall, Jakarta Barat pada tanggal 31 Agustus 2024 lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement