Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Edi Wibowo: Pasokan CPO untuk Program Biodiesel Tidak Mengganggu Kebutuhan Industri Pangan

Edi Wibowo: Pasokan CPO untuk Program Biodiesel Tidak Mengganggu Kebutuhan Industri Pangan Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasokan minyak sawit, yang merupakan bahan baku minyak goreng, dituding tersedot untuk program B35 yang berlaku per 1 Februari lalu sehingga mengakibatkan kelangkaan minyak goreng subsidi. Lantas, benarkah demikian? 

Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM RI, Edi Wibowo, menampik bahwa pasokan CPO untuk program biodiesel mengganggu kebutuhan untuk industri pangan sehingga memicu kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng subsidi.

Baca Juga: Harga CPO Domestik di Pembukaan Perdagangan Pekan Lalu Naik, tapi…

Merujuk data GAPKI, total konsumsi CPO dalam negeri pada 2022 tercatat sebanyak 20,968 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9,941 juta ton digunakan untuk kebutuhan pangan; 2,185 juta ton untuk oleokimia; dan 8,842 juta ton untuk biodiesel.

"Jadi, sejauh ini masih lebih besar penggunaan CPO untuk pangan daripada biodiesel. Kami terus menjaga kestabilan harga dan ketersediaan CPO untuk industri lain, terutama pangan, meskipun ada program mandatori biodiesel ini," kata Edi dalam Webinar yang bertajuk "Problematika Minyak Goreng CPO bagi Pangan dan Energi" yang diselenggarakan Sawit Watch dan Satya Bumi pada Sabtu (4/2).

Edi memastikan bahwa proyeksi produksi CPO untuk periode 2023-2026 dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. "Target produksi CPO akan kita tingkatkan dengan program replanting sehingga harganya bisa terjaga dengan baik. Pemerintah di lintas kementerian juga akan menyiapkan portofolio alokasi maksimum CPO untuk menjaga keseimbangan berbagai keperluan konsumsi," ujar Edi.

Dikatakan Edi, pemerintah memang sedang mengembangkan bahan baku BBN selain CPO, tetapi hingga saat ini, sawit masih dijadikan andalan karena produktivitasnya yang tinggi dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit dibandingkan bahan baku lainnya. Untuk menjamin BBN yang berkelanjutan, ujar Edi, pemerintah akan merevisi ISPO untuk memastikan ketertelusuran dari hulu hingga hilir.

Ditjen EBTKE Kementerian ESDM juga sedang mematangkan rumusan Indonesian Bioenergy Sustainability Indicators (IBSI) untuk memastikan penggunaan bioenergi termasuk biodiesel secara berkelanjutan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: