Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga CPO Domestik di Pembukaan Perdagangan Pekan Lalu Naik, tapi…

Harga CPO Domestik di Pembukaan Perdagangan Pekan Lalu Naik, tapi… Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) tercatat turun menjadi Rp11.700/kg pada Jumat (10/2/2023). Dengan demikian, terdapat penurunan Rp240/kg jika dibandingkan harga CPO pada Kamis (9/2/2023) yang mencapai Rp11.940/kg.

Secara rataan, harga domestik pada periode 6–10 Februari 2023 di PT KPBN tercatat Rp11.838/kg. Harga ini tercatat meningkat Rp280/kg atau sekitar 2,42% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp11.558/kg.

Baca Juga: Harga CPO Awal Tahun 2023 Lebih Rendah dari Tahun Lalu, Hilirisasi Jadi Kuncinya

Melansir laman InfoSAWIT pada Senin (13/2), untuk Franco wilayah Dumai, harga CPO ditetapkan Rp11.700/kg. Dari catatan InfoSAWIT, meskipun telah terjadi kenaikan harga sejak pembukaan perdagangan pada awal pekan lalu, tidak bisa menutupi penurunan harga yang drastis di akhir pekan ini.

Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pungutan Ekspor dan patokan Bea Keluar (BK) dua minggu sekali guna menghabiskan stok minyak sawit yang sebelumnya penuh. Harga referensi CPO untuk penetapan BK dan tarif BLU BPDPKS atau PE periode 1–15 Februari 2023 adalah US$879,31/MT. Nilai ini turun sebesar US$41,26 atau 4,48% dari periode 16-31 Januari 2023, yaitu sebesar US$920,57/MT.

"Saat ini harga referensi CPO mengalami penurunan yang mendekati ambang batas sebesar US$680/MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$52/MT dan PE CPO sebesar US$90/MT untuk periode 1–15 Februari 2023," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso, dilansir dari laman resmi Kementerian Perdagangan RI.

Penurunan harga referensi CPO dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya penurunan permintaan dari India dan Tiongkok, penguatan kurs Ringgit terhadap US$, dan peningkatan harga minyak nabati lainnya karena penurunan produksi di Amerika Serikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: