Deklarasi PKS membuat Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden satu-satunya yang sudah mengantongi tiket presidential threshold (PT) 20 persen untuk maju capres. Lalu bagaima efek dukungan PKS ?
Analis politik Unismuh Makassar A Luhur Prianto menilai PKS selama pemerintahan Jokowi berada di luar kekuasaan.
Sebelumnya, pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PKS menjadi bagian dari koalisi pendukung pemerintah.
Partai ini pun sempat mengalami dinamika internal, yang berujung lahirnya Partai Gelora. Tetapi, pada Pemilu 2019, partai ini tetap bisa menembus ketatnya persaingan PT. Artinya PKS cukup teruji di berbagai iklim politik yang berbeda.
Dukungan pada Anies pun hal wajar. Terutama karena Anies merupakan representasi figur yang tidak didukung istana. PKS dinilai berbeda dengan partai lain karena tipikal partai ini termasuk partai kader. Berbeda dengan partai politik (parpol) pada umumnya yang digolongkan sebagai partai massa.
"PKS juga memiliki soliditas dan militansi internal yang berbeda," ujar Luhur.
Posisi politik PKS dalam spektrum politik Indonesia berada di sisi kanan dan bahkan cenderung di kanan jauh. Partai yang distereotipe memiliki kekuatan berbasis populisme agama.
"Dengan posisi seperti itu, maka tetap ada plus-minus bagi capres yang di dukungannya," pungkasnya.
Meskipun dalam konteks dukungan kepada Anies, PKS adalah partai penentu syarat koalisi pengusung pasangan capres-cawapres.
PKS juga belum memiliki tokoh yang bisa melengkapi kekuatan elektoral untuk berpasangan dengan Anies.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement