"Dengan demikian, ikatan relasi Anies-PKS lebih bersifat akomodatif," katanya.
Basis Kekuatan
Sementara itu, analis politik Unhas, Ali Armunanto menilai kekuatan PKS perlu diasesmen. Setelah ditinggal tokoh-tokoh pilar yang mendirikan Partai Gelora dan memudarnya dampak politik identitas, itu mempengaruhi basis pemilih PKS.
Di sisi lain, PKS yang kembali ke khitah juga mengembalikan garis tradisionalnya yang selama ini mulai meninggalkan PKS. Dengan menggandeng Anies, tentu PKS akan mendapatkan manfaat elektoral dari popularitas Anies.
Meskipun dengan dukungan dari Nasdem, Demokrat dan PKS bisa dipastikan posisi Anies sudah aman. Namun, dengan deklarasi ketiga partai ini, posisi Anies juga terjepit di antara kepentingan partai.
"Dan hal tersebut justru akan membebani Anies dalam tiap manuver politik," ujar peneliti pada Departemen Ilmu Politik, FISIP, Unhas itu.
Jika menilai prestasi pada 2019, PKS menjadi salah satu partai yang cukup bagus dalam elektorat. Berhasil lolos di parlemen. Termasuk di Sulsel yang mampu meningkatkan kursi dari 6 kursi (2014), menjadi 8 kursi (2019) di DPRD Sulsel.
Capaian ini juga sekaligus mengantarkan partai Islam ini menduduki kursi Wakil Ketua DPRD Sulsel. Dengan kehadiran figur Anies, potensi itu bisa kembali diraih.
Ketua DPW PKS Sulsel Amri Arsyid mengaku seluruh jejaring pemenangan siap mensosialisasikan Anies. "Insyaaallah kita all out. Allahu akbar," singkatnya. (ams-mum/zuk/fajar)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait:
Advertisement