Dampak ekspansi perkebunan kelapa sawit pada lingkungan, seperti deforestasi, hilangnya biodiversitas hutan, dan lainnya sering kali menjadi sorotan para ahli. Padahal, sektor atau industri apapun, tidak hanya industri sawit, juga mengonversi hutan untuk dijadikan pemanfaatan lain dan menimbulkan dampak-dampak tersebut.
Berbagai studi yang dirangkum laporan PASPI Monitor menemukan fenomena konversi hutan menjadi sektor lain (deforestasi) telah terjadi sejak era prapertanian (tahun 1600-an) di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Begini Cara Pengolahan Minyak Sawit Mentah Jadi Produk Pangan, Simak!
Bahkan, studi European Commission (2013) mengungkapkan keterlibatan sawit dunia dalam deforestasi dunia relatif kecil, yakni kurang dari 5%.
"Terlalu tendensius jika arus utama pemikiran lingkungan mengkaitkan ekspansi kebun sawit dengan global deforestasi dan hilangnya biodiversitas hutan," catat PASPI.
Paradigma lingkungan yang hanya melihat dampak lingkungan dari ekspansi perkebunan sawit tersebut, catat PASPI, selain salah kaprah, juga mengabaikan adanya fungsi lingkungan yang inheren dan melekat dalam perkebunan sawit.
Tidak hanya itu, PASPI juga menyebut karakteristik perkebunan sawit sebagai tanaman tahunan, memiliki ukuran yang relatif besar dan tinggi, tutupan kanopi yang mendekati 100%, dan siklus usia tanaman sekitar 25 tahun, berimplikasi pada fungsi dan manfaat ekologis yang dimilikinya.
Baca Juga: Banyak Mitos Soal Sawit, Simak Fakta-fakta Hasil Penelitiannya Ini!
Setidaknya, PASPI mencatatkan terdapat 5 fungsi ekologis dari perkebunan sawit yakni: (1) sebagai pemanen energi surya secara biologis; (2) pelestarian siklus karbon dan siklus oksigen; (3) pelestarian siklus hidrologi; (4) sebagai konservasi tanah dan air; dan (5) pelestarian plasma nutfah dan multifungsi kelapa sawit secara lintas generasi.
"Pengembangan perkebunan sawit dari generasi ke generasi perlu dilihat sebagai mekanisme pelestarian fungsi-fungsi ekologis kelapa sawit tersebut," catat PASPI Monitor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement