PDIP Konsisten Dukung Pemilu dengan Sistem Proporsional Tertutup: Ada Tanggung Jawab Parpol!
Meski sendirian di antara Partai di parlemen soal pilihan sistem pemilu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP tetap konsisten mendukung sistem proporsional tertutup.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan pihaknya konsisten mendukung sistem itu demi menjaga muruah partai politik dalam proses pemilu di Indonesia.
"Dengan sistem proporsional tertutup, maka ada tanggung jawab partai politik untuk wajib mendidik dan menyiapkan kader sebagai calon pemimpin bangsa," kata Hasto Kristiyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (6/3).
Hasto memastikan bahwa PDIP mendorong sistem pemilihan proporsional tertutup karena hal itu terkait dengan kepentingan bangsa dan negara. Dia mengatakan setiap partai politik harus mempersiapkan dengan benar para calon anggota legislatif yang memiliki tugas besar dalam hal fungsi legislasi, anggaran, dan representasi.
"Proses kaderisasi di internal partai adalah tugas partai yang sangat penting bagi masa depan," ungkap politikus asal Yogyakarta, itu.
Menurutnya, seluruh anggota dewan memiliki komitmen menyelesaikan masalah rakyat melalui keputusan politik dan juga membangun desain bagi masa depan bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, Hasto menegaskan, kualitas caleg harus lebih diutamakan dari sekadar popularitas.
"Bagaimana (kualitas) anggota dewan kalau basisnya hanya popularitas? Kalau ke mana-mana modalnya hanya membawa kamera, kemudian mengabadikan kegiatannya, tetapi melupakan substansinya, sehingga politik hanya ditampilkan untuk meningkatkan popularitas semata dengan berbagai cara," ungkap Hasto
Anak buah Megawati Soekarnoputri di PDIP itu mencontohkan fenomena ketika terjadi bencana.
Banyak politikus hadir hanya untuk menunjukkan bahwa telah berbuat, tetapi tak mencari akar persoalan dan mencegah masalah serupa terjadi lagi dengan mengedepankan mitigasi bencana, pengaturan tata ruang, dan lain sebagainya.
"Demokrasi elektoral yang didasarkan pada proporsional terbuka itu juga berbiaya tinggi. Basisnya individu, sementara (proporsional tertutup) gotong royong," imbuhnya.
Dengan basis individu tersebut, lanjutnya, maka hasil pemilihan proporsional tertutup akan mendorong praktik nepotisme yang makin marak.
Dengan sistem proporsional tertutup itu pula, lanjut dia, suatu partai melupakan proses kaderisasi hanya demi mendapatkan kursi di parlemen, mencalonkan keluarga pejabat, kemudian mendapatkan popularitas semata. Padahal, itulah tugas partai yang sangat penting bagi masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Advertisement