- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Didiek Hartantyo: Lalui Pandemi, Bangun Kereta Api dengan Standar Kelas Dunia
Pada Mei 2020, di tengah ganasnya wabah Covid-19, Didiek Hartantyo didapuk sebagai Direktur Utama KAI. Sosok yang akrab disapa Mas Didiek itu sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan KAI. Tak ayal, tantangan berat langsung menyambutnya sebagai Direktur Utama karena harus menghadapi badai pandemi sejak awal jabatannya.
Efek pandemi sangatlah mendalam, KAI terpaksa menghentikan operasional kereta yang mengakibatkan penurunan tajam jumlah pelanggan kereta api. Hampir semua perjalanan kereta dihentikan, kecuali KRL di Jabodetabek. Itu pun karena ada masukkan dari masyarakat yang menggantungkan penghasilan hariannya di Ibu Kota membutuhkan transportasi kereta api.
Baca Juga: DJKA Beri Suntikan Subsidi Rp147 Miliar untuk Perluas Jaringan Kereta Api
"Di 2020 kami betul-betul mengalami tekanan yang luar biasa," ujar Didiek, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (8/3/2023).
Hal ini pun berdampak signifikan terhadap kinerja KAI pada tahun itu. Padahal sebelumnya, pencapaian KAI di tahun 2019 adalah yang tertinggi selama sejarah perusahaan dengan pendapatan sebesar Rp22,5 triliun dan laba Rp2 triliun.
Dalam menghadapi kondisi di 2020-2021, KAI mempunyai empat strategi utama. Pertama, protect our people. Bukan hanya pelanggan, KAI juga berkomitmen menjaga dan melindungi semua pegawainya. Salah satu langkah yang diambil ialah dengan tidak ada pemutusan hubungan kerja. Selain itu, untuk memberikan perlindungan maksimal kepada pegawai beserta keluarganya, KAI juga memfasilitasi mereka untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dan memberikan perawatan dan pendampingan kepada pegawai yang terkena Covid-19.
Dari sisi pelanggan, KAI menjaga pelanggannya dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan yang baik dan benar sesuai arahan Pemerintah; menyediakan fasilitas seperti tempat cuci tangan, handsanitizer; memberikan masker dan tisu disinfektan; serta memasang tanda peringatan jaga jarak di lokasi yang biasa diakses pelanggan KAI.
"Strategi kedua adalah dengan mempertahankan likuiditas. Pada situasi krisis, penurunan pendapatan akan lebih cepat terjadi dibandingkan penurunan biaya. Rumus krisis selalu seperti itu, maka langkah antisipasi harus cepat" lanjut Didiek.
"Lalu strategi ketiga adalah dengan melakukan efisiensi. Biaya-biaya yang tidak perlu, dipotong. Kemudian, investasi-investasi yang sudah direncanakan, ditunda karena fokus pada survival terlebih dahulu. Yang terakhir adalah dengan mencari pendapatan baru yang bisa menjadi penolong KAI di masa krisis seperti angkutan barang dan optimalisasi asset," ungkap Didiek.
Tahun 2022 menjadi masa recovery bagi KAI. Di tahun inilah KAI mulai bangkit, dimulai dengan diimplementasikannya transformasi digital. "Pandemi memberi banyak pelajaran berharga bagi kami di KAI, salah satunya adalah adaptasi teknologi yang ternyata dapat cepat dilakukan. Artinya, adaptasi teknologi harus dibangun dalam situasi apa pun. Maka, di 2022 KAI melakukan transformasi digital," ujar Didiek.
Pada transformasi digital ini, ada lima aspek yang di-upgrade secara khusus di KAI, yaitu angkutan penumpang, angkutan barang, rolling stock, procurement, dan operational excellence serta di bidang infrastructure maintenance. "Cara kerja dan berpikir kami harus berubah. Jadi, bukan hanya mendigitalisasi prosesnya, tetapi manusianya juga harus beradaptasi," ungkap Didiek.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Advertisement