Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hubungan Take and Give antara Kelompok Elite DJP dan Sri Mulyani Dibongkar Mantan Menkeu

Hubungan Take and Give antara Kelompok Elite DJP dan Sri Mulyani Dibongkar Mantan Menkeu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (duduk tengah) bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (duduk kanan), Direktur Jenderal Pajak Suryo Utomo (duduk kiri), serta jajaran eselon Kementerian Keuangan lainnya, menunjukkan bukti penerimaan elektronik usai penyerahan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak 2019, di Kantor Pusat Dirjen Pajak di Jakarta, Selasa (10/3/2020). | Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Tapi apa yang kami lihat sungguh sebaliknya, SMI semakin menjadi politisi. Kami ambil beberapa contoh saja," tegasnya.

Selain itu, Fuad juga membantah bahwa banyak andil besar Sri Mulyani mengembalikan aset-aset milik negara.

"Pertama, SMI mengatakan bahwa selama Orde Baru, Menkeu-nya tidak mencatat aset-aset negara dengan mengambil contoh yang bombastis yaitu bila Istana Negara dituntut oleh anak cucunya penjajah maka kita bisa kalah dsb.

Karena itu SMI bikin projek pencatatan aset negara dan seperti biasanya dananya dari utang. Diklaim sebagai "untuk pertama kalinya" aset negara kini dicatat," tegasnya.

"Contoh kedua, SMI mengatakan sewaktu dia menjadi Menteri Keuangan untuk pertama kalinya diakhir 2005, Kementerian Keuangan seperti hutan belantara bla bla bla. Kembali SMI ingin menunjukkan dirinya sebagai pahlawan yang mampu membenahi Kementerian sambil menenggelamkan para seniornya. Sungguh pernyataan politis, ngawur SMI ini menghantam para seniornya. Padahal yang kami lihat justru sebaliknya, memprihatinkan sekali," pungkasnya.

Fuad menilai gembar-gembor Sri Mulyani yang mengklaim telah menggalakan reformasi di tubuh Kementerian Keuangan hasilnya nol, malah hal itu dijadikan celah untuk berhutang lagi ke World Bank.

"Ketiga, melihat pukulan yang bertubi-tubi kepada jajarannya dan pribadinya, SMI malah mengambil kesempatan untuk berhutang lagi (biasanya kepada Bank Dunia) untuk membiayai reformasi lebih lanjut di Kemkeu.

Meski reformasi di Kemkeu relatif belum lama dilakukan SMI dengan utangan dari Bank Dunia dan hasilnya organisasi yang semakin mahal (semakin bengkak) dan menghasilkan Gayus dan Rafael. 

Dan sekarang mau diprojekkan lagi? Kata orang waras, ampun deh!  Makanya lebih tepat SMI mengundurkan diri," tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: