Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Visi Jangka Panjang Erick Thohir, Guru Besar Olahraga UNM Nilai Pembatasan Pemain Naturalisasi Tidak Diskriminatif

Dukung Visi Jangka Panjang Erick Thohir, Guru Besar Olahraga UNM Nilai Pembatasan Pemain Naturalisasi Tidak Diskriminatif Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guru Besar Olahraga dari Universitas Negeri Malang (UNM) Prof. Dr. M.E. Winarno, M.Pd mengatakan, rencana kebijakan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir membatasi jumlah pemain naturaliasi dalam kompetisi liga tidak diskriminasi, bahkan memiliki tujuan bagus agar kompetisi lebih sehat. 

Menurutnya, Erick Thohir membawa visi jangka panjang bagi pembinaan kualitas talenta pemain lokal dan momentum bagi kebangkitan sepak bola Indonesia di masa yang akan datang. Sehingga diharapkan, talenta muda Indonesia mampu bersaing secara global.

“Saya kira jauh dari urusan diskriminasi, bahkan menurut saya ini amunisi baru untuk membuat sepakbola nasional bangkit, dengan memberi kesempatan kepada para pemain Indonesia untuk bisa menunjukkan jati diri dan go Internasional,” ujar Winarno dalam keterangannya, dikutip, Sabtu (11/3/2023).

“Dari sisi kebijakan bagus, hanya perlu didukung oleh kondisi lain terkait kompetisi supaya lebih sehat, sehingga betul-betul mengoptimalkan pemain nasional,” imbuhnya.

Dia menambahkan, jika diterapkan dengan konsisten, akan bagus memunculkan para pemain usia muda Indonesia yang berbakat untuk bisa menjadi duta bangsa di Cabang sepakbola.

“Kita lihat pesepakbola muda kita punya potensi besar menjadi juara Asia. Mestinya kompetisinya yang harus dibangun lebih kondusif, sehingga anak-anak muda yang potensial akan berkembang maksimal di Liga 1 dan 2,” jelasnya.

Kebijakan Mantan Bos Inter Milan itu, kata Winarno layak didukung, bahkan jika kompetisi sepak bola dalam negeri sudah berkualitas, pemain naturalisasi bisa ditiadakan pada semua liga.

“Bahkan suatu saat naturalisasi pada tahun tertentu bisa 0, jika kompetisi kita sudah mampu mendongkrak, anak-anak muda yang potensial menjadi pemain yang mampu menjadi pemain dunia,” ucap Winarno.

Winarno yang juga Dewan Pakar Forum Akademisi Penggemar Sepak Bola Indonesia (FAPSI) itu optimis dengan terobosan yang dimulai Erick di PSSI, sepak bola Indonesia ke depan akan bangkit. Hal itu berkaca dari cabang olahraga bulu tangkis, tidak ada pemain naturalisasi, namun pebulutangkis Indonesia mampu mendunia.

“Berkaca dari pebulutangkis kita bisa mendunia, itu salah satu bukti tidak ada naturalisasi dalam bulutangkis tetapi para pemain mendunia. Bahkan pelatih kita yang diminta atau dimanfaatkan oleh beberapa negara untuk menjadi pelatih top,” jelasnya.

Winarno menegaskan, suatu saat para pemain timnas Indonesia mampu berjaya tanpa adannya pemain naturalisasi.

“Sudah teruji di cabang bulutangkis, menjadi juara hal yang biasa. Semoga persepakbolaan nasional kita pada saatnya mendunia tanpa naturalisasi,” harap Winarno.

Lanjut Winarno, pemain naturalisasi hanya dibutuhkan dalam waktu jangka waktu tertentu yang relatif lebih pendek untuk mendongkrak atmosfir kompetisi.

“Naturalisasi diperlukan dalam jangka waktu tertentu 5-10 untuk mendongkrak atmosfir kompetisi Liga 1 dan 2 menjadi lebih menari, lebih sehat, lebih kompetitif, dan memunculkan budaya baru di persepakbolaan nasional untuk memunculkan para pemain terbaik,” urainya.

“Jika liga sepakbola sudah seperti Jepang, Korea, dan liga-liga di Eropa, rasanya itulah batas akhir naturalisasi di persepakbolaan nasional,” sambung Winarno.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: