Anies Ditanya Strategi Politik Identitas oleh Media Australia, Jawabannya Mengejutkan: Bukan Tentang Siapa yang Dukung, Tapi...
Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi narasumber dalam sebuah wawancara bersama media asal Australia, yakni ABC News. Dalam kesempatan itu, ia ditanya banyak hal, termasuk cap politik identitas.
Anies kemudian menegaskan, dalam mengambil kebijakan, ia tidak akan pernah terpengaruh oleh para pengusungnya di Pemilu. Ia mencontohkan saat dirinya menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Saat itu, stigma terhadap Anies sebagai pemimpin yang memainkan politik identitas melekat pada dirinya. Imbas saat Pilkada DKI Jakarta 2017.
Tapi menurutnya, selama lima tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta, ia melakukannya dengan baik. Kebijakan yang diambil tak mendiskriminasi pihak manapun.
Kini, ia kembali akan bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Tiga partai telah mengusungnya, Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Namun ingatan publik masih segar saat Pilkada 2017 di Jakarta. Julukan Bapak Politik Identitas juga terlanjur melekat pada dirinya.
Apakah eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini akan tetap menggunakan politik identitas pada Pilpres 2024?
Pertanyan itulah yang dilontarkan jurnalis Beverley O'Connor, dalam siaran program berita ABC Australia.
"Jadi dalam hal ini Anda tahu Anda mendapat dukungan dari tiga partai besar. Dan lagi, satu lagi adalah kelompok Islamis konservatif, partai Islamis. Apakah Anda berkomitmen untuk tidak menempuh jalan itu lagi? Apakah Anda akan mencoba dan memisahkan agama dari pencalonan presiden Anda?" tanya sang Jurnalis dilansir dari akun Twitter Anies Baswedan, Senin (13/3/2023).
Anies menjelaskan, dalam pengambilan kebijakan, ia selalu mendasarkan pada empat hal. Pertama adalah prinsip kesetaraan, kepentingan umum, akal sehat, hukum, aturan dan peraturan.
"Jadi ini bukan tentang siapa yang mendukung Anda tapi bagaimana Anda mengambil keputusan saat Anda menjabat," jelas Anies.
Anies menegaskan tak ada utang politik bagi pendukung. Namun ia tak menampik, publik kerap beranggapan bahwa ketika kita didukung oleh kelompok konservatif, maka itu cerminan dari tokoh yang diusung.
"Dan itulah intinya. Kadang-kadang Anda berasumsi bahwa jika Anda didukung oleh kelompok ini dan kelompok itu, maka Anda bertindak tidak sesuai dengan prinsip kesetaraan, common sense, kepentingan publik juga aturan dan peraturan, dan saya telah menjalani lima tahun dan membuktikan. Bahwa kita bisa melakukan itu, oleh karena itu melihat ke masa depan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement