Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Luar Biasa Rusia Berani Tuduh Jerman Bukan Negara Merdeka, Faktanya Mengejutkan

Luar Biasa Rusia Berani Tuduh Jerman Bukan Negara Merdeka, Faktanya Mengejutkan Kredit Foto: Antara/Media Center G20 Indonesia/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Moskow -

Jerman menghadapi penurunan ekonomi yang tak terelakkan setelah kehilangan akses ke energi Rusia, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena bukan negara berdaulat, kata sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia.

"Jerman mencoba selama bertahun-tahun untuk membangun ekonominya dengan kombinasi energi Rusia yang murah dan teknologi Jerman yang canggih. Tidak seperti orang lain, Jerman menyadari bahwa serangan teroris terhadap [jaringan pipa Nord Stream] pasti akan menyebabkan ekonomi Jerman semakin merosot," ujar Nikolay Patrushev dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di surat kabar Argumenti i Fakti pada Senin.

Baca Juga: Gak Main-main, Amerika Serius Kejar Orang-orang Rusia yang Kabur dari Sanksi

Keuntungan yang dinikmati oleh bisnis Jerman dengan mendapatkan akses ke bahan bakar Rusia telah lama membuat jengkel pemerintah AS dan Inggris, lanjutnya. Namun Berlin tidak bisa terus bekerja sama dengan Moskow, "karena bangsa Jerman tidak merdeka."

"Washington memaksakan agenda ekonomi dan lingkungannya kepada Berlin dan mempertahankan 35.000 tentara di tanahnya. Selama bertahun-tahun, Gedung Putih mengendalikan [mantan kanselir] Angela Merkel, dan sekarang mereka memaksa kepemimpinan Jerman untuk berpihak pada versi sabotase pipa yang menguntungkan pihak berwenang AS," kata Patrushev, yang menggambarkan perlakuan Amerika terhadap Jerman sebagai "memalukan."

Pernyataan itu merupakan bagian dari komentar Patrushev tentang sabotase pipa bawah laut, yang dibangun untuk memasok gas alam Rusia ke Jerman. Jalur Nord Stream rusak akibat ledakan dahsyat pada September lalu, yang disebut Rusia sebagai serangan teroris.

Serangkaian artikel yang diterbitkan oleh media Barat bulan ini mengklaim bahwa badan-badan intelijen Barat meyakini bahwa "kelompok pro-Ukraina" yang tidak terkait dengan pemerintah mana pun berada di balik serangan itu.

Patrushev berpendapat bahwa, mengingat pelatihan dan peralatan yang dibutuhkan untuk operasi yang begitu rumit, skenario ini hanya masuk akal bagi orang-orang yang "tidak bisa berpikir logis."

Wartawan investigasi Seymour Hersh sebelumnya melaporkan bahwa operasi itu diperintahkan oleh Presiden AS Joe Biden dan dilakukan oleh tim penyabot AS-Norwegia. Kedua negara menyangkal tuduhan ini.

Hersh mengatakan bahwa Washington ingin mencegah Berlin untuk berbalik arah dalam keputusannya untuk menghentikan pasokan gas Rusia sebagai respon terhadap krisis Ukraina.

Gas alam cair, yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Amerika dan harganya jauh lebih mahal, mengambil alih sebagian besar pasar energi Eropa yang sebelumnya dikuasai oleh bahan bakar Rusia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: