Arab Saudi Ancam Embargo Minyak, Kekhawatiran Ini yang Paling Disorot
Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, telah memperingatkan negara-negara Barat agar tidak membatasi harga minyak mentah yang dipasok oleh kerajaan, dan menambahkan bahwa setiap usaha untuk memberlakukan batas atas akan dibalas dengan penghentian penjualan dan pengurangan produksi.
Ia menambahkan bahwa produsen-produsen minyak utama lainnya kemungkinan besar akan mengikuti langkah ini.
"Jadi, jika pembatasan harga diberlakukan pada ekspor minyak Saudi, kami tidak akan menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan pembatasan harga pada pasokan kami, dan kami akan mengurangi produksi minyak, dan saya tidak akan terkejut jika negara lain melakukan hal yang sama," ujar bin Salman dalam sebuah wawancara dengan Energy Intelligence pada Selasa (14/3/2023).
Menurut menteri, kebijakan pembatasan harga pasti akan memperburuk ketidakstabilan dan volatilitas pasar, dan akan berdampak negatif pada seluruh industri minyak di seluruh dunia.
Ia membandingkan pembatasan harga minyak dengan proposal AS untuk mengadopsi apa yang disebut sebagai legislasi NOPEC dan menekankan bahwa potensi dampak dari langkah-langkah tersebut pada pasar minyak serupa.
NOPEC (No Oil Producing and Exporting Cartels Act) akan memungkinkan OPEC dan perusahaan-perusahaan minyak nasional untuk dituntut di bawah hukum antimonopoli AS atas upaya anti-persaingan untuk membatasi pasokan minyak global dan dampak selanjutnya pada harga minyak mentah.
Pada bulan Desember, Uni Eropa, negara-negara G7, dan sekutunya memberlakukan larangan kolektif terhadap ekspor minyak laut Rusia, bersama dengan batasan harga 60 dolar AS per barel. Embargo lain yang melarang hampir semua impor produk minyak Rusia, serta memperkenalkan batasan harga untuk diesel dan produk minyak bumi lainnya, mulai berlaku pada 5 Februari.
Moskow menentang segala upaya untuk membatasi harga ekspor energinya. Pihak berwenang Rusia telah melarang transaksi minyak apa pun di bawah skema pembatasan harga.
Pada bulan Februari, Rusia mengumumkan rencana untuk secara sukarela mengurangi produksi minyak di bulan Maret sebesar 500.000 barel per hari karena mereka menghentikan penjualan kepada pembeli yang mematuhi batas harga yang diberlakukan oleh Barat.
Menurut menteri perminyakan Saudi, kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Barat menambah "lapisan-lapisan risiko dan ketidakpastian baru" pada pasar minyak global "pada saat kejelasan dan stabilitas sangat dibutuhkan."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement