Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Supaya Jadi Warganet yang Bijak Bermedia Sosial, Wajib Pahami Ini

Supaya Jadi Warganet yang Bijak Bermedia Sosial, Wajib Pahami Ini Kredit Foto: Unsplash/Creative Christians
Warta Ekonomi, Tangerang -

Media sosial kini menjadi tempat yang paling sering digunakan untuk berekspresi. Sebab, di media sosial banyak orang dapat berekspresi sebebas-bebasnya tanpa larangan. Meski begitu, kebebasan ini menjadikan sebagian masyarakat tidak dapat mengelolanya dengan bijak. 

”Menjadi netizen yang bijak di media sosial berarti harus mampu menerapkan budaya digital yang efektif,” ujar Tutor Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan Herman Purba, pada diskusi literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk komunitas digital Kota Tangerang.

Baca Juga: Utamakan Sopan Santun saat Berkomentar di Media Sosial

Herman mengatakan, warganet memiliki hak untuk melakukan apa pun di media sosial. Namun, agar memberikan dampak positif, pemanfaatan kebebasan itu hendaknya didasari dengan pemahaman budaya digital.

”Karena, selain mempermudah pekerjaan, pemahaman budaya digital juga akan mampu memperluas jaringan dan menciptakan inovasi,” jelasnya. 

Budaya digital, lanjut Herman, merupakan sebuah landasan berperilaku di dunia digital. Dampak yang muncul jika tidak berlandaskan pada pemahaman budaya digital yang baik, membuat warganet tidak mampu membedakan misinformasi, disinformasi, dan malinformasi.

”Selain itu, tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital. Tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah pada segregasi sosial (perpecahan/polarisasi) di ruang digital,” tutur Herman Purba.

Lebih lanjut Herman menegaskan, salah satu yang merusak tatanan hidup masyarakat adalah penyebaran hoaks, baik yang berupa misinformasi, disinformasi maupun malinformasi.

Sementara akibat ketidakmampuan membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital, pengguna digital akan sembarangan menyebarluaskan informasi.

”Contohnya, menyebarluaskan informasi tentang anaknya dalam bentuk foto dan video melalui media digital, khususnya media sosial,” jelas Herman Purba dalam diskusi luring (offline) bertajuk ”Menjadi Netizen yang Bijak di Media Sosial” itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: