Bikin Ngakak! Ukraina Ternyata Andalkan Senjata Buatan 1880-an buat Serang Balik Rusia
Meskipun pasukan Ukraina mengatakan kepada Telegraph bahwa Maxim adalah senjata yang cukup efektif di tangan yang tepat, beberapa prajurit Kiev mengeluh bahwa mereka belum menerima perlengkapan yang lebih baru.
"Rusia memiliki artileri, kendaraan lapis baja, dan pasukan mereka lima hingga enam kali lebih besar dari kami," kata seorang sersan di dekat Severodonetsk kepada Radio France Internationale pada Juli lalu.
Baca Juga: Bos Tentara Bayaran Wagner Kirim Informasi Intelijen ke Rusia: Serangan Ukraina akan Datang...
"Kami hanya memiliki senapan mesin dan RPG dari tahun 1986. Senapan mesin Degtyarov dari tahun 1943. Dan senapan mesin Maxim dari tahun 1933," ujarnya, menambahkan.
AS sendiri telah mengirimkan senjata dan amunisi senilai lebih dari 37 miliar dolar AS kepada Ukraina sejak operasi militer Rusia dimulai Februari lalu. Namun, dengan persediaan Barat yang semakin menipis, para penasihat Amerika menginstruksikan pasukan Ukraina untuk menghemat amunisi mereka jika mereka berharap untuk melakukan serangan balasan pada musim semi ini.
Para pejabat militer Barat juga menyarankan Zelensky untuk tidak bertahan di Artyomovsk, yang saat ini hampir dikepung oleh pasukan Rusia. Kiev merahasiakan jumlah korban, namun para pejabat AS percaya bahwa "lebih dari 100.000 tentara Ukraina" telah tewas sejak Februari lalu, dengan "banyak di antaranya" terjadi di kota tersebut, menurut laporan Politico awal pekan ini.
Meskipun para pejabat AS telah menganggap Artyomovsk tidak penting secara strategis, kota ini merupakan pusat logistik yang vital bagi militer Ukraina. Menguasai kota ini akan membuka jalan bagi pasukan Rusia untuk maju ke Kramatorsk dan Slavyansk, yang berada di sepanjang garis benteng terakhir dari serangkaian garis benteng yang dibangun oleh Ukraina sejak dimulainya konflik dengan Republik Rakyat Donetsk pada tahun 2014.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Advertisement