Pengalaman Membuktikan, Bauran Kebijakan Jurus Paling Ampuh Jaga Stabilitas Ekonomi
Pengalaman mengonfirmasi bahwa bauran kebijakan makroekonomi merupakan instrumen yang efektif saat ini untuk mencapai stabilitas sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dalam formulasi bauran kebijakan tersebut, senantiasa harus dilakukan kalibrasi yang sesuai dengan sumber risiko yang ada, utamanya melalui koordinasi antar perancang kebijakan baik fiskal dan moneter. Hal ini penting sebagai bekal ASEAN dalam menghadapi dampak ketidakpastian global yang serta merta menyulut tingginya risiko ke depan. Baca Juga: Gegara 3 Bank AS Kolaps, Bos BI Akui Banyak Investor Tahan Modalnya ke Negara Berkembang
Demikian mengemuka dalam Gala Seminar: Enhancing Policy Calibration for Macro-Financial Resilience, diselenggarakan Bank Indonesia, di Bali (29/3/2023). Acara pendukung ini hadir di sela rangkaian pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN yang mendukung pesan 3 (tiga) Priorities Economic Deliverables (PEDs) Keketuaan ASEAN Indonesia. Hadir sebagai panelis dalam seminar yaitu Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Sentral Filipina (Banko Sentral ng Pilipinas/BSP), Felipe M. Medalla.
"Kami menekankan pentingnya otoritas untuk merumuskan respons kebijakan yang pruden dan inovatif dalam rangka memitigasi risiko dari spillover effect global, sekaligus mempertahankan dukungan terhadap pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung," ujar Perry.
Lebih lanjut, Perry menggarisbawahi pentingnya bauran kebijakan BI yang meliputi kebijakan moneter untuk stabilitas makroekonomi agar inflasi terjaga, kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk menunjang pertumbuhan dengan menyeimbangkan intermediasi serta ketahanan sektor keuangan dan kebijakan sistem pembayaran untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan digital.
“Dalam merumuskan kebijakan, kita harus berjalan bersama agar sinergis. Kita memiliki bauran kebijakan nasional. Pertama, bauran kebijakan fiskal dan moneter. Kedua, bauran kebijakan memperdalam pasar finansial, reform, dan financial sector. Ketiga, digitalisasi. Keempat, akselerasi transformasi sektor ril, dan kelima ekonomi hijau dan berkelanjutan," pungkas Perry.
Senada dengan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa kebijakan perlu dikalibrasi seiring dinamika yang ada karena setiap tahun tantangan berbeda muncul dari sumber risiko yang beragam. Baca Juga: Bukan Hanya Kredit, Sri Mulyani Minta UMKM Se-ASEAN Maksimalkan 3 Layanan Keuangan Digital Ini...
Menurutnya, pandemi membawa tantangan yang luar biasa hingga setelahnya, maka diperlukan pula kebijakan yang luar biasa. Melalui koordinasi antar lembaga, dampak pandemi perlu dijaga agar tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan.
"Hal ini diimplementasikan dengan konsolidasi bersama BI untuk rekalibrasi bauran kebijakan. Sinergi pemerintah dengan Bank Indonesia dan OJK juga terbukti dapat menjaga ketahanan ekonomi Indonesia. Di Kawasan, ASEAN juga telah bersinergi, diantaranya dengan inisiatif jaring pengaman keuangan regional (Chiang Mai Initiative Multilateralization/CMIM)," ungkap Sri Mulyani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement