Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya Pompom 'Saham Gorengan', Miliarder Charlie Munger Ungkap Seperti Judi dan Heroin!

Bahaya Pompom 'Saham Gorengan', Miliarder Charlie Munger Ungkap Seperti Judi dan Heroin! Kredit Foto: Johannes Eisele | AFP | Getty Images
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tangan kanan Warren Buffett yang juga miliarder, Charlie Munger mengungkap bahwa perdagangan spekulatif yang menjadikan "saham gorengan" membuat investor ritel mendapat untung besar justru mirip dengan kecanduan yang harus dihilangkan. Ia bahkan menyebutnya sama dengan berjudi.

“Mereka suka berjudi, dan masalahnya, ini seperti menggunakan heroin,” kata Munger dalam wawancara dengan pejabat investasi Berkshire Hathaway Todd Combs. “Persentase tertentu orang ketika mereka mulai lakukan saja secara berlebihan. Itu membuat ketagihan. Benar-benar gila, mengamuk. Peradaban akan jauh lebih baik tanpanya."

Melansir Fortune di Jakarta, Selasa (4/4/23) Munger mengatakan selama wawancara bahwa pasar saham menarik dua jenis pedagang, yaitu investor jangka panjang dan orang yang ingin melakukan perjudian kasino.

Baca Juga: Patut Ditiru! Miliarder Investor Charlie Munger Bisa Bikin Gen Z Kaya Raya dengan Strategi Investasi Ini!

Masalahnya muncul ketika kedua kategori ini diizinkan untuk diperdagangkan bersama, menurut miliarder tersebut.

“Sekarang, apa gunanya bagi negara kita untuk menjadikan kasino bagian dari kapitalisme semakin efisien, dan semakin menarik, dan semakin menggoda? Itu kebijakan publik yang gila,” kata Munger. Ia menambahkan bahwa hal itu merugikan negara. "Di sisi lain, saya pikir peluang untuk mengubahnya hampir nol."

Munger percaya efek perdagangan spekulatif menyebabkan Great Depression yang dimulai dengan kehancuran pasar saham terburuk dalam sejarah pada tahun 1929. Meski ada bahaya nyata dari bentuk "perjudian" ini, dia mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Munger membedakan antara investasi dalam saham versus sektor seperti real estat karena saham dapat dibeli dan dijual lebih cepat. Akibat likuiditas tersebut, ia menyebut spekulasi di saham akhir-akhir ini mengamuk.

“Ketika saya masih di Harvard Law School, jarang sekali mereka membayar satu juta saham per hari,” katanya. “Mungkin itu akan terjadi sekali atau dua kali setahun. Sekarang mereka memperdagangkan miliaran saham setiap hari.”

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: