Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar dari Kasus Balongan dan Dumai, Pertamina Identifikasi Lima Penyebab Insiden

Belajar dari Kasus Balongan dan Dumai, Pertamina Identifikasi Lima Penyebab Insiden Ilustrasi Nicke Widyawati. | Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, terdapat lima penyebab insiden kebakaran di kilang yang telah menjadi perhatian khusus perusahaan guna menghindari kejadian tersebut.

"Kita mengidentifikasi penyebab insiden, ada empat tambah lagi lima setelah kejadian Dumai," ujar Nicke dalam acara silahturahmi pemimpin redaksi bersama Pertamina, Selasa (11/4/2023). 

Nicke mengatakan, penyebab pertama adalah karena petir, di mana saat ini dengan adanya perubahan iklim membuat intensitas petir sangat tinggi dan termasuk dari kekuatan dari petir itu sendiri.

Baca Juga: Antisipasi Kejadian Kebakaran Kilang, Pertamina Lakukan Ini 

"Oleh karena itu walaupun sudah ada kita bangun lagi sampai tiga lapis, sekarang yang dua lapis sudah selesai di kilang-kilang, sekarang lapis ketiga sedang kita bangun, jadi lightning protection system kita perkuat baik di kilang terminal, dermaga seluruh aset," ujarnya.

Faktor kedua adalah karena adanya overflow seperti yang terjadi di Balongan. Guna mengantisipasi hal tersebut, Pertamina terus memperkuat kontrol supaya tidak terjadi overflow.

Kemudian adalah tekanan temperatur yang tinggi dan hidrogen attack, di mana dampak dari hidrogen ini sangatlah dahsyat yang menyebabkan getaran hingga radius 1 kilometer.

"Hidrogen ini dahsyat kalau kita lihat dampaknya getarannya itu, kalau api kita bisa langsung padamkan sembilan menit di Dumai itu, tapi dampak getaranya itu 1 km dari lokasi kejadian," ucapnya.

"Jadi yang namanya buffer zone, ini memang penting sekali kalau kita bicara 50 meter buffer zone untuk api kalau getaran yang kemarin kemudian di Dumai ada 600 rumah yang kacanya pecah, ini karena getaran sembilan kali itu hampir langsung besar sekali langsung satu kilo," tambahnya. 

Nicke menambahkan, faktor keempat adalah sulfidasi dan kelima adalah corrosion under insulation. 

"Yang kelima ini kita antisipasi juga karena material yang berubah, ini sangat teknikal tapi kurang lebih lima hal ini yang kita lakukan improvement berdasarkan risiko yang terjadi," ungkapnya. 

Lanjutnya, untuk mengubah hal ini bukan hanya menjadi equipment atau materialnya saja, tapi Pertamina juga bangun sistemnya dan memperbaiki kompetensi sumber daya manusianya. 

"Jadi untuk sekarang insyaallah dari hari ke hari dengan improvement yang kita lakukan semuanya bisa berjalan lebih baik," tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: