Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BKF: Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Pemerintah Terus Dorong Ekspor ke Mitra Dagang Utama

BKF: Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Pemerintah Terus Dorong Ekspor ke Mitra Dagang Utama Kredit Foto: Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada Maret 2023, ekspor Indonesia mencapai US$23,50 miliar atau tumbuh sebesar 9,89% dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan, ekspor melambat karena ekspor Maret 2022 yang sangat tinggi (high based effect).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan, melemahnya kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga menjadi faktor turunnya ekspor Indonesia.

Baca Juga: Kementerian ESDM Masih Kaji Perpanjangan Ekspor Konsentrat Freeport Indonesia

"Secara tahunan, harga komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit turun sebesar 40,38% (yoy) dan 45,3% (yoy)," ujar Febrio dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (19/4/2023).

Febrio melanjutkan, kinerja ekspor Maret 2023 ini masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia, dan bijih logam, terak, dan abu. Adapun Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan.

"Ekspor di bulan Maret masih tumbuh positif dibanding Februari di segala sektor. Hasilnya, ekspor kumulatif dari bulan Januari hingga Maret 2023 mencapai US$67,20 miliar atau tumbuh sebesar 1,60% (yoy)," katanya.

Sementara itu, lanjut dia, impor di bulan yang sama mencapai US$20,59 miliar, atau tumbuh 29,33% dari bulan sebelumnya meski melambat dibanding periode yang sama tahun lalu (6,26% yoy).

"Dilihat dari jenis penggunaannya, impor barang modal masih mampu tumbuh positif, sebesar 18,49% (yoy). Sementara, impor bahan baku/penolong dan barang konsumsi terkontraksi masing-masing 11,17% (yoy) dan 2,92% (yoy)," jelasnya.

Febrio menuturkan, kinerja impor di bulan Maret disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, dan mesin mekanis. Impor terbesar didominasi dari negara Tiongkok, Jepang, dan Thailand. 

"Secara kumulatif bulan Januari s.d. Maret 2023, impor mencapai US$54,95 miliar, terkontraksi 3,28% (yoy)," pungkasnya.

Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, Febrio berujar, neraca perdagangan bulan Maret 2023 tercatat surplus sebesar US$2,91 miliar (kumulatif Januari s.d. Maret mencapai US$12,27 miliar) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut.

Negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, dan besi dan baja.

Baca Juga: BI Sambut Baik Neraca Perdagangan RI Tetap Surplus di Maret 2023 

Kinerja ekspor pada kuartal I 2023 yang cukup baik menciptakan surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (Q1-2023: US$12,27 miliar; Q1-2022: US$9,3 miliar). Hal ini diperkirakan akan mendukung pertumbuhan net ekspor pada kuartal I 2023. 

"Dalam laporannya di bulan April 2023, IMF memperkirakan perekonomian global melambat dari 3,4% pada tahun 2022 menjadi 2,8% pada tahun 2023, turun 0,1 poin persentase dibanding proyeksi Januari. Meski pertumbuhan Indonesia tetap diproyeksikan solid dan meningkat, Pemerintah akan terus mendorong ekspor di tengah perlambatan ekonomi global, terutama ke ASEAN, Tiongkok, dan India di mana permintaan masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan PMI Manufaktur yang masih terus berekspansi," tutup Febrio.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: