Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waduh Gawat! Perkara 'Doyan Nonton Video Porno' Dinilai Bakal Membuat Ganjar Pranowo Sulit Menjaring Suara Kalangan Islam

Waduh Gawat! Perkara 'Doyan Nonton Video Porno' Dinilai Bakal Membuat Ganjar Pranowo Sulit Menjaring Suara Kalangan Islam Kredit Foto: Instagram/Ganjar Pranowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah gegap gempita pencapresannya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kembali dihadapkan dengan pernyataan kontroversialnya mengenai doyan nonton video porno.

Mengenai hal ini, Aktvis dan advokat Ahmad Khozinudin menilai Ganjar Pranowo pada dasarnya akan kesulitan menjaring suara pemilih kalangan Islam karena berasal dari basis nasionalis.

“Saudara Ganjar Pranowo bukanlah sosok yang dapat diterima dari kalangan pemilih Islam,” ujar Khozinudin melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Sabtu (4/6/23).

“Ganjar dari PDIP lebih laku atau punya probabilitas keterpilihan lebih di kalangan nasionalis, tidak demikian dengan kalangan Islam,” tambahnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ngibul Soal Cari Takjil di Masjid UGM saat Jadi Mahasiswa? Refly Harun Sampai Ngakak Dengarnya: Dulu Masih Kuburan!

Perkara doyan nonton Video porno juga menurut Khozinudin makin membuat peluang Ganjar dipilih kalangan pemilih berbasis Islam makin sulit.

Narasi mempertanyakan “salahnya di mana nonton video porno” menurut Khozinudin bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.

“Apalagi pasca Ganjar secara terbuka mengumumkan rasa bangganya menonton video Porno tanpa rasa bersalah bahkan mempertanyakan salahnya di mana bagi dirinya yang sudah dewasa dan memiliki istri,” jelasnya.

“Ini satu statement yang membuat jarak antara Ganjar Pranowo dengan kelompok pemilih Islam,” tambahnya.

Resminya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai Islam mendukung Ganjar Pranowo tidak bisa membantu banyak menjaring suara berbasis Islam.

Baca Juga: Gak Suka Sosok yang Suka Nonton Video Porno, Organisasi Sayap PPP Tegaskan Tak Akan Ikuti DPP Dukung Ganjar Pranowo

Hal ini karena adanya suara penolakan dari sayap juang PPP yakni Gerakan Pemuda A-Quds (GPK) Purworejo dan Kebumen, Jawa Tengah yang menolak mengikuti arahan DPP salah satunya karena pengakuan suka nonton video porno.

“Dukungan PPP terhadap pencapresan Ganjar justru terganjal oleh sosok Ganjar karena Ganjar yakni karena memang bukan segmentasi yang tidak laku di kelompok pemlih Islam,” jelasnya.

Doyan Nonton Video Porno

Sebelumnya, Ganjar ketika menjadi tamu di channel YouTube Deddy Corbuzier pada akhir 2019 lalu bicara soal video Porno.

Saat itu Ganjar tengah membahas mengenai interaksi di dunia media sosial, dimana ada sejumlah fenomena baru yang terkait dengan literasi digital.

Salah satunya adalah kedewasaan dalam menghadapi perbedaan pendapat, cara berargumen dan relasi yang terbangun di media sosial.

Menurut Ganjar, selama ini dia pernah menerima perundungan di media sosial, namun tidak pernah sekalipun memblokir orang-orang yang merundungnya.

Namun Ganjar menegaskan, ia pernah memblokir akun, namun akun tersebut bukan milik perorangan, melainkan akun porno. Lalu Deddy Corbuzier melontarkan pertanyaan pancingan,” “Situs porno yang pernah ngga sengaja lu pencet itu kan?” tanya Deddy.

Merespons hal tersebut, Ganjar menjawab kalau dirinya pernah melihat situs porno tersebut, meskipun tidak sengaja.

Baca Juga: Mencengangkan! Pak Pendeta Bongkar Kisah Anies Baswedan Buat Majelis Satu Gereja Menangis: Saya Emosional Juga Menceritakannya...

“Kalau saya nonton film porno itu salah saya dimana? Wong saya suka kok,” tanya Ganjar yang disambut dengan tawa lepas Deddy Corbuzier.

Menurut Ganjar, tak ada salahnya jika dirinya suka menonton video porno, sebab ia sudah dewasa dan sudah memiliki pasangan yang sah.

Ia bahkan menyatakan, terkadang orang dewasa perlu nonton film porno. Namun dengan catatan, hal tersebut hanya dilakukan dalam konteks privat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: