Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menparekraf: Desa Wisata Keranggan Sajikan Kelestarian Alam dan Budaya di Tengah Kota Tangsel

Menparekraf: Desa Wisata Keranggan Sajikan Kelestarian Alam dan Budaya di Tengah Kota Tangsel Kredit Foto: Kemenparekraf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memiliki kesan tersendiri saat melakukan visitasi 75 terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023, salah satunya saat ke Desa Wisata Keranggan, Setu, yang berada di tengah Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.

Menparekraf Sandiaga mengatakan, dirinya tidak menyangka bahwa di tengah kota dengan pembangunan yang pesat di Kota Tangerang Selatan, Banten, ada desa wisata yang asri yang menyajikan kelestarian alam dan budaya, yakni Desa Wisata Keranggan.

Baca Juga: Menparekraf Dorong Fesyen dan Kuliner Jadi Subsektor Unggulan di Kota Tangerang

"Desa wisata ini menghadirkan kearifan lokal dari masyarakat setempat, di tengah-tengah kota kita masih bisa temui suasana asri serasa di tengah-tengah pedesaan. Ini bisa jadi inspirasi untuk kita kembangkan. Mudah-mudahan ini bukan hanya sekadar membangun desa, melainkan juga desa wisata membangun Indonesia," ujar Menparekraf Sandiaga dalam keterangannya, Senin (8/5/2023).

Dia melanjutkan, wisata dengan nama lain Kampung Ekowisata Keranggan ini sudah ada sejak dulu. Bahkan, sudah ada beberapa menteri yang pernah singgah tempat tersebut, seperti Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara Emil Salim pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto.

"Lantaran desa wisata ini menyumbangkan beberapa sumber daya alam yang melimpah. Selain itu, ada Menteri Hadi Tjahjanto yang makan ikan cere khas desa sini. Jadi, desa ini sudah ada sejak lama dan menjadi daya tarik tersendiri dan menarik sekali ini perkembangannya," kata Sandiaga.

Desa Wisata yang mendapat dukungan dari PLN sebagai mitra untuk berkolaborasi ini secara geografis dilintasi sungai Cisadane tidak jauh dari pusat kota atau kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) dengan keadaan alam yang masih alami dan asri, serta mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai pelaku UMKM home industry aneka keripik.

Kampung Ekowisata Keranggan, nama lain dari Desa Wisata Keranggan, merupakan satu-satunya wisata berbasis masyarakat di Kota Tangsel yang dikelola oleh Pokdarwis dan sudah terintegrasi antara lain memiliki alam wisata yang masih asri di sepanjang susur Sungai Cisadane.

Saat berada di Desa Wisata Keranggan, wisatawan diajak untuk mengeksplorasi daya tarik alam yang ada. Kemudian, wisatawan dapat menikmati pemandangan ekowisata Keranggan sambil mengambil foto di sekitar saung maupun sungai Cisadane, ada pemancingan ikan dan camping ground area, ataupun wisata kemarau di air Sungai Cisadane yang masih jernih pada musim kemarau.

Wisatawan juga diajak untuk mengikuti kegiatan Fun Archery Trial agar bisa merasakan petualangan memanah yang mudah, seru, dan menyenangkan. Tak hanya itu, kuliner hingga kudapan di sekitar desa wisata juga perlu untuk dicicipi. Banyak pelaku UMKM menjajakan aneka keripik seperti opak, enye-enye, kembang goyang, keripik pisang, keripik singkong, hingga kacang sangrai yang terkenal dari Keranggan.

Untuk atraksi budaya, ada pencak silat dan tari jaipong yang diikuti oleh anak-anak dan remaja masyarakat sekitar Keranggan sehingga biasa ditampilkan sebagai bagian dari seni budaya dalam penyambutan tamu-tamu.

"Saya akan mendorong desa-desa di daerah Banten masuk ke dalam jaringan UNWTO karena Indonesia sudah memiliki pengalaman, salah satu desanya masuk dalam jajaran desa wisata terbaik di dunia, yaitu Desa Wisata Nglanggeran dan juga kita pernah punya desa wisata terbersih di dunia, yaitu Desa Wisata Penglipuran di Bali. Kita cari apa yang benar-benar unik di Banten untuk dibawa ke tingkat dunia," ujarnya.

Sementara itu, Alwani, perwakilan dari Pokdarwis Desa Wisata Keranggan, mengatakan bahwa desa wisata sepenuhnya dikelola oleh masyarakat, tidak ada investor atau melibatkan pihak lain. "Kami melakukannya sendiri, kami hadir sejak tahun 2015. Sebelum pandemi jumlah kunjungan wisatawan mencapai 2.000 wisatawan per bulan dan desa wisata ini menjadi desa wisata riset mahasiswa dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: