Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jokowi Dikritik karena Kumpul-kumpul di Istana dengan Ketum Parpol, PDIP: Ini Juga Dilakukan oleh Presiden Sebelumnya

Jokowi Dikritik karena Kumpul-kumpul di Istana dengan Ketum Parpol, PDIP: Ini Juga Dilakukan oleh Presiden Sebelumnya Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat kritikan usai acara kumpul-kumpul dengan ketua umum partai politik (parpol) pendukung pemerintah di Istana Merdeka. Salah satu kritikan tersebut datang dari Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla (JK).

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, justru menyinggung presiden Indonesia sebelum Jokowi, yang disebutnya melakukan hal serupa.

Baca Juga: Macam Nyindir Jokowi yang Sibuk Campuri Urusan Copras-Capres, Anies Jengkel Sendiri: Negara Sedang Lecehkan Rakyat

"Sebenarnya secara empiris ini juga dilakukan sebelumnya oleh presiden sebelumnya. Kemudian juga oleh Pak JK sekalipun ketika berbicara dan beliau kan juga menjadi dewan pengarah di dalam tim kampanye dari Pak Jokowi-KH Ma’ruf Amin (pada Pilpres 2019)," ujar Hasto di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (8/5/2023).

Kendati demikian, merupakan hak JK untuk menyampaikan pendapatnya. Namun ia menegaskan, pertemuan antara Jokowi dengan enam ketua umum partai politik di Istana Merdeka tak membahas politik praktis.

"Sebagai pihak yang saat itu mendengar secara langsung dari Ibu Megawati Soekarnoputri, terhadap apa yang dibicarakan di Istana Negara, itu sesuatu hal yang betul-betul berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara ke depan," ujar Hasto.

Jokowi sebagai pemimpin juga tetap membuka ruang dialog dengan semua pihak. Termasuk dengan Partai Nasdem yang masih menjadi bagian dalam koalisi pemerintahan.

Awalnya, ia mengatakan politik tidak hanya dibangun atas formalitas kerja sama politik. Namun, politik juga harus memperhatikan aspek etika, sinyal kepemimpinan, kebijakan dari Jokowi sebagai Presiden.

"Sehingga hal itulah yang juga harus dibaca, mengapa Bapak Presiden Jokowi di dalam pertemuan tersebut tidak mengundang dari Partai Nasdem, tetapi sebagai sosok yang memang mengedepankan dialog, Pak Jokowi terbuka," ujar Hasto.

Baca Juga: Pengamat Ungkap Presiden Jokowi Lebih Gembira Endorse Prabowo Subianto Dibanding Ganjar Pranowo, Ternyata Ini Alasannya…

Ruang dialog tersebut terlihat ketika Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. Di sisi lain, tetap atau tidaknya Partai Nasdem dalam Kabinet Indonesia Maju merupakan hak prerogatif Jokowi.

"Terkait dengan reshuffle, ini kan kewenangan sepenuhnya dari Presiden dan PDI Perjuangan sejak awal menyatakan tidak campur tangan terhadap hal tersebut," ujar Hasto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: