Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kesaktiannya Diragukan Usai Wacana Koalisi Besar Menguap: Yang Bisa Dilakukan Jokowi Cuma Jadi Deadlock Breaker!

Kesaktiannya Diragukan Usai Wacana Koalisi Besar Menguap: Yang Bisa Dilakukan Jokowi Cuma Jadi Deadlock Breaker! Kredit Foto: Suara.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa waktu lalu sempat heboh wacana pembentukan Koalisi Besar di bawah komando Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang digagas bersama para ketua umum partai pendukung pemerintahan. Namun kini, wacana tersebut dengan cepat meredup gaungnya.

Menanggapi hal ini, Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Khoirul Umam, mengatakan saat ini posisi Jokowi sudah berbeda. Ia melihat, desain Jokowi menggabungkan kekuatan PDIP dan lima partai lain tidak tercapai.

Baca Juga: Politik Tidak Ada yang Pasti, Ambisi Terbentuknya Koalisi Besar Belum Bisa Diprediksi

Oleh karena itu, Umam berpendapat saat ini Jokowi sedang mencoba menegosiasi ulang, mencoba melakukan kompromi mengawinkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Atau, mencoba komposisi terbalik Prabowo dan Ganjar.

"Kalau itu tidak berhasil, karena bagaimana pun kalau komposisi Ganjar-Prabowo, maka elektabilitas Gerindra berpotensi mengalami koreksi besar yang signifikan," kata Umam kepada Republika, Rabu (10/5/2023).

Ia menilai, jika Gerindra berpikir ulang kemungkinan besar mereka tidak akan mengambil opsi itu. Apalagi, jika dicermati banyak partai-partai yang kemarin mendengungkan koalisi besar marah atas kondisi tersebut.

"Marahnya, konteksnya, ternyata kesaktian Pak Jokowi tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya," ujar Umam.

Apalagi, ketika diveto Megawati, jelas Jokowi tidak bisa melakukan apa-apa. Konon, Umam mengungkapkan Prabowo begitu marah sampai bersumpah membangun koalisi yang sangat kuat untuk menghadapi PDIP di 2024 nanti.

"Yang bisa dilakukan Jokowi sekarang menjadi deadlock breaker, apakah memungkinkan, tentu, tapi tidak mudah karena ada ego politik yang sangat besar," kata Umam. 

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid mengakui, koalisi besar akan sulit terealisasi. Karena, menurutnya, untuk menyamakan pandangan dari tiga partai politik besar tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang.

"Tidak mudah mencari titik temu bagi partai partai yang ketua umumnya memang memiliki potensi besar untuk masuk di presiden maupun cawapres," ujar Jazilul lewar pesan suara, Senin (8/5/2023).

Saat ini, PKB bersama Partai Gerindra sudah menjalin kerja sama politik lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Keduanya juga bersepakat untuk menjalin komunikasi dengan partai politik lain guna mendulang kekuatan lebih besar.

"Jadi PKB kira-kira ya apa mendinamisir keadaan supaya dinamika seninya itu memang presisi hasilnya. Apalagi nanti disepakati ada koalisi besar," ujar Jazilul.

"Kalau sekarang memang dengan Gerindra kerja samanya, namun kerja sama itu juga dibolehkan untuk merangkul partai-partai yang lain," sambung Wakil Ketua MPR itu.

Mantan ketua umum Partai Golkar yang juga Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla atau JK menyampaikan pandangannya terkait wacana pembentukan koalisi besar. Menurutnya, itu merupakan ide yang bagus, meskipun realisasinya akan tidak mudah.

"Dalam praktik politiknya itu tentu tidak mudah untuk menyatukan semuanya. Ide ini bagus, tapi pelaksanaan secara riilnya tentu membutuhkan suatu upaya yang keras," ujar JK di kediamannya, Jakarta, Kamis (4/5/2023) malam.

Ia sendiri memiliki pandangannya sendiri terkait pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Mantan wakil presiden dari Jokowi itu menilai, kontestasi mendatang akan diikuti oleh tiga atau empat pasangan capres dan calon wakil presiden (cawapres).

"Kita lihat saja saat saya sekarang bahwa terbentuk arah pandang, apakah itu tetap empat atau tiga calon itu akan terjadi," ujar JK.

Tim pemenangan tim inti Partai Golkar dan PKB terus berikhtiar dalam pembentukan koalisi bersama untuk Pilpres 2024. Termasuk dengan Partai Gerindra yang merupakan rekan dari PKB di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

Ketua DPP Partai Golkar, Nusron Wahid mengatakan timnya terus bekerja meskipun belum ada penekanan koalisi. Jelasnya, koalisi antara Partai Gerindra, Partai Golkar, dan PKB akan menjadi poros alternatif untuk kontestasi nasional mendatang.

"Ini ikhtiar bersama untuk menjalin kekuatan besar yang kekuatan besar itu. Nanti kita jadikan sebagai poros alternatif atau koalisi alternatif, yang posisinya di tengah," ujar Nusron di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (10/5/2023).

"Tidak pro kanan dan tidak pro kiri, tidak pro cebong dan tidak pro kampret, tidak pro status quo tidak pro perubahan, tidak sekuler, tidak religius, tapi ini adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Bersatu," sambung Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Presiden Perwakilan Partai Golkar itu.

Baca Juga: Mungkinkah Koalisi Besar Terwujud? Jusuf Kalla (JK) Blak-blakan: Tentu Tidak Mudah

Ia juga membantah bahwa pembentukan tim inti antara Partai Golkar dan PKB merupakan bentuk kekhawatiran keduanya terkait cawapres untuk Prabowo Subianto. Jelasnya, koalisi ketiganya sudah masuk wacana yang serius.

"Jadi tidak ada rasa kekhawatiran bahwa ini wacana, ini serius dibangun serius dan sudah sampai level penjajakan psikologis. Apapun yang nanti diputuskan oleh para ketua umum untuk apa namanya siapa presidennya ataupun siapa wakil presidennya, kita ingin membangun komitmen bersama," ujar Nusron.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: