Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Selain Harganya Kompetitif, Minyak Sawit Lebih Sehat karena Tak Lakukan Hidrogenisasi

Selain Harganya Kompetitif, Minyak Sawit Lebih Sehat karena Tak Lakukan Hidrogenisasi Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022). Pemerintah melanjutkan pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 November 2022 sampai harga referensi CPO lebih besar atau sama dengan 800 dolar AS per metrik ton (MT). | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Minyak sawit dikonsumsi secara meluas sebagai minyak goreng, margarin, shortening, baik pada level rumah tangga maupun minyak untuk industri pangan. Berdasarkan studi Calloway and Kurtz (1956) dalam laporan PASPI, minyak sawit merupakan sumber energi, mudah dicerna dan diserap, meningkatkan cita rasa (platabilitas), dan mengandung zat-zat gizi yang sangat penting sehingga banyak dikonsumsi di berbagai belahan dunia.

Dalam sumber yang sama juga disebutkan, beberapa tahun terakhir ini konsumsi minyak sawit bukan hanya meningkat, tapi juga makin meluas ke seluruh belahan dunia. Peningkatan konsumsi minyak sawit secara global tersebut, catat PASPI, khususnya setelah tahun 2005 yang mengalahkan minyak nabati lainnya tampaknya memicu intensifnya kampanye negatif/hitam pada minyak sawit.

Baca Juga: Potensi Besar Pasar Minyak Sawit di Negara Mesir

Konsumsi minyak sawit dunia yang tergolong cepat dan meluas tersebut selain lebih murah, juga terkait dengan keunggulan gizi yang dimiliki oleh minyak sawit. Selain itu, salah satu keunggulan dari minyak sawit dibandingkan minyak nabati lainnya, yakni berkaitan dengan proses pembuatannya.

Karena sudah stabil, minyak goreng sawit tidak melakukan proses hidrogenisasi. Hal ini diperkuat dengan beberapa studi terkait yang dirangkum PASPI bahwa dalam proses pembuatan minyak goreng dari kedelai, bunga matahari, rapeseed, zaitun, karena tidak stabil, banyak melakukan proses hidrogenisasi (agar lebih stabil), tetapi menghasilkan senyawa baru berupa asam lemak trans yang potensial memicu kanker, obesitas, jantung koroner, dan Alzheimer.

Dalam sumber yang sama juga disebutkan bahwa minyak sawit tidak mengandung asam lemak trans. Komposisi asam lemak minyak sawit menyebabkan minyak sawit bersifat semi solid dengan titik leleh berkisar antara 33 derajat Celcius sampai 39 derajat Celcius. Karakteristik leleh yang demikian ini menyebabkan minyak sawit bisa digunakan untuk berbagai formulasi dalam bentuk alamiahnya tanpa perlu proses hidrogenisasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: