Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi CEO Garasi.id Pertahankan Bisnis Otomotif

Strategi CEO Garasi.id Pertahankan Bisnis Otomotif Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masa-masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020-2021 membuat perusahaan rintisan (startup) di bidang mengalami berbagai tantangan. Namun, startup otomotif asal Indonesia, Garasi.id mampu bertahan melalui pivot.

Adanya dukungan dari berbagai pihak seperti rekan kerja yang suportif dan GDP Ventures selaku venture builder yang ikut tumbuh bersama dalam perkembangan bisnis perusahaan teknologi, ternyata turut menguatkan ekspansi usaha Garasi.id.

Didirikan sejak tahun 2017, Garasi.id banyak berkolaborasi dengan rekanan usaha jasa dan bisnis servis mobil.

Baca Juga: Sempat Pivot pada 2021, Ini Perkembangan Startup Otomotif Garasi.id

Garasi.id kini menjadi perusahaan berbasis business to business (B2B) yang menyediakan layanan "engine and transmission warranty provider" atau penjaminan mesin dan transmisi mobil bekas, jasa inspeksi, layanan towing, jasa, dan servis perawatan mobil.

Luasnya kolaborasi membuat pelanggan Garasi.id makin mudah mengakses layanan servis mobil, bahkan memaksimalkan layanan penjaminan mesin dan transmisi mobil bekas. Startup ini pun telah bekerja sama dengan bengkel mobil dari brand ternama seperti BMW dan Mazda.

Kali ini Warta Ekonomi berkesempatan mewawancarai CEO Garasi.id, Ardyanto Alam pada Selasa (9/5/2023). Berikut wawancaranya.

Bagaimana awal mula munculnya Garasi.id? 

Jadi kami waktu itu meriset untuk mengeksplor online marketplace untuk mobil bekas. Lalu lahirlah Garasi.id, dari sebuah proyek namanya Kaskus Car. Kan saya dari Kaskus, ngobrol dengan [salah satu grup] BCA, yang punya pembiayaan mobil, motor, mobil bekas, KKB. Akhirnya, bapak-bapak itu bilang “Kayaknya mendingan split up jadi PT sendiri deh. Supaya izin usahanya jelas”. Kalau Kaskus kan media. Lalu jadilah PT [Garasi] di 2017, pada 17 Agustus 2017.

Awalnya kami menjadi marketplace jual beli mobil bekas. Mirip seperti pada waktu itu Mobil123 atau OLX. Namun, apa yang membedakan adalah, shareholder kami multifinance dan insurance [seperti] BCA Finance dan BCA Insurance. Mereka bilang, kami enggak cuma display iklan mobil, juga apply kredit gampang.

Nah di awal Februari 2020 kami launching, [sedangkan] Maret 2020, apa yang terjadi? COVID. Di tahun 2021, kami pivot. Kami beralih ke extended warranty machine transmission dan jualan kami B2B dan multifinance.

Kamilah di belakang layar yang akan membantu klaim, tunjuk bengkel, termasuk jika ada trouble [mobil] di jalan dengan towing, butuh jumper itu semua bagian dari servis kami. Kami berpartner dengan jasa towing, bengkel, dan itulah yang saat ini kami lakukan.

Melihat tren industri otomotif Indonesia tahun 2023, apa rencana Garasi.id untuk kuartal kedua tahun ini?

Kami di semester ini akan ekspansi ke service area yang belum ter-cover. Seluruh DKI Jakarta sudah. Lalu Sulawesi, kami belum banyak punya partner di sana. Authorized bengkel sudah, lalu [berencana untuk perluas mitra dengan] towing partner. Tapi kalau untuk bisnis, nanti ya. Kami sedang ada proyek, namun belum di-approve oleh shareholder kami. Kolaborasinya bersama sister company kami. Jadi, ada hubungannya dengan lifestyle. Rencananya kalau itu jalan, kuartal ketiga tahun ini kami bisa jalankan bisnis baru itu.

Garasi.id sudah lama tumbuh bersama GDP Ventures, kira-kira apakah ada kemungkinan untuk open atau terbuka terhadap pendanaan? 

Saat ini yang kami miliki, so far sih belum bisa expand dan belum butuh dana besar banget. Justru yang kami butuhkan, yang uniknya buat saya ya di pengalaman 10 tahun di sini [GDP Ventures]. Ini bisnis yang kalau kerja sama antar-sister company-nya jalan, actually kami bisa grow up (tumbuh). Bisa grow-nya di situ tanpa harus punya dana lebih lagi. Karena kami enggak perlu banyak bangun gedung.

Bisnis kami selain partnership dan B2B, infrastruktur yang besar adalah ada di partner kami, yang penting kami punya support dari sister company untuk channel penjualan kami. Blibli kan ada otomotif juga. Kolaborasi ya.

[Hal] yang menjadi KPI (key performance indicator) saya adalah gimana kolaborasi ini jalan. Jadi KPI saya sebagai CEO bukan hanya cari pendanaan seri B atau seri C. So far sih selain shareholder kami sudah memberikan bekal yang cukup, untuk saat ini yang diminta adalah kreativitasmu, pakai ekosistem yang ada di grup GDP, di grup Djarum, BCA. Terus, jalan deh dari situ. Nah, kebetulan proyek baru ini ada empat portofolio GDP Ventures yang akan terlibat.

Selama menjabat sebagai CEO di Garasi.id, nilai-nilai apa saja yang bapak terapkan untuk merangkul tim dan meningkatkan produktivitas kerja? 

Kalau saya jawab bukan jawaban klise. Tim Garasi kecil, enggak sampai 40 orang. Dari saya, pasti komunikasi. Saya tiap minggu bikin weekly report, bukan dari bawahan ke atasan, tapi dari semua karyawan ke semua. Jadi semua, satu company tahu, teman sebelahnya tuh ngerjain apa saja bulan ini. Komunikasi terbuka. Paling tidak, sebulan sekali ada online meeting.

Tapi satu [hal] yang jelas dan pasti, prinsip saya sendiri adalah saya memperlakukan semua orang seperti semua orang memperlakukan saya. Treat others the way you want to be treated. Jadi, saya enggak punya jarak. Saya CEO tapi dengan orang yang lima level atau enam level di bawah saya, kami duduk sebelahan.

Artinya apa? Kami spend waktu di kantor lebih banyak daripada spend waktu bersama keluarga. Kami sudah ciptain satu ekosistem keluarga sendiri. Mungkin tidak semua sister company bisa treat kami seperti itu, tapi paling enggak, prinsip itu kan sama.

Saya baru ketemu Mas Yudi [Yudi Sukma, Head of Marketing ION Mobility] pertama kali, tapi kami bisa ngobrol, cerita, dan cari solusi bareng.

Saya pribadi leading Garasi, satu adalah transparansi, kedua adalah treat others the way you want to be treated. Jadi teman [di pekerjaan profesional] itu bonus, tapi paling enggak secara profesional kami jalanin pekerjaan dan hubungan kami.

Boleh diceritakan suka dan duka selama di Garasi.id? 

Saya cerita ya. Tahun 2020 waktu kami kena pandemi, kami semua jadi telemarketer. Kami lihat [daftar kontak] partner, ini kami ada sekian orang pada idle enggak untuk jalan ke lapangan? Ini semua orang punya handphone kan, kami punya database customer member yang punya handphone dan e-mail kan? Termasuk saya juga jadi telemarketer. Itu salah satu dibilang duka, enggak duka juga karena kami produktif.

Buat Garasi, itu menjadi satu titik yang kami semua merasa menjadi seperti keluarga. Kami lagi susah nih semua. Kami saling bantulah. Dari manager, analis, sampai customer care, yang manager belajar dengan customer care pada waktu itu. Busdev [business development] sudah kontak dari sana. Ini salah satu penyelamat Garasi juga. Spiritnya kami ingin survive. Turnover saya zero dari sejak pandemi sampai sekarang.

Saya kasih prinsip, kalau kamu mau belajar, kami bantu, kita ajari.

Personally, yang bikin saya sayang banget sama Garasi adalah karena orang-orangnya yang disiplin, juga bekerja dengan hati.

Terakhir, harapan untuk Garasi.id?

Kami tetap ingin jadi sub-ecosystem untuk otomotif di Indonesia. Ekosistem itu, mungkin suatu hari akan kami support sister company kami.

Nama Garasi identik dengan tempat menyimpan kendaraan. Harapan kami, kami sudah mengalami dan mencoba banyak bisnis di jual beli mobil marketplace, [tapi] kurang tepat buat kami. Market-nya enggak ready. Enggak apa-apa, kami shifting dan sekarang kami [fokus ke] warranty mobil bekas. Habis itu mungkin sesuatu yang berhubungan dengan warranty mobil baru, baik itu electric vehicle seperti mobil atau motor. Dan tetap eksis di dunia otomotif di Indonesia.

Tentunya, ingin juga—karena saya di GDP Venture yang building semua venture—kami ingin terus build ide-ide baru dari satu something yang bisa cari cuan. Sehingga bisnis sustainable.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: