Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laporan FDIC: Signature Bank Gagal Pahami Risiko Kripto

Laporan FDIC: Signature Bank Gagal Pahami Risiko Kripto Kredit Foto: Reuters/Dado Ruvic
Warta Ekonomi, Jakarta -

Investigasi atas runtuhnya Signature Bank mengarah pada keadaan tidak likuid dan manajemen buruk. Namun, ketua Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), Martin Gruenber percaya bahwa kegagalan bank untuk memahami risiko terkait dengan mata uang kripto mempercepat kejatuhannya.

Dikutip dari laman Cointelegraph pada Rabu (17/5/2023), Gruenberg sempat berbicara pada sidang Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (DPR AS) baru-baru ini tentang Oversight of Prudential Regulators atau pengawasan terhadap kehati-hatian regulator.

Gruenberg menyoroti kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) dan Silvergate Bank baru-baru ini, yang akhirnya terwujud dalam penurunan besar harga saham dan aliran dana keluar simpanan berikutnya di bank lain.

Baca Juga: SEC Tolak Petisi Coinbase terhadap Aturan Kripto dalam Waktu Dekat

Sebuah laporan terkait yang dikutip Chief Risk Officer FDIC, mengatakan, manajemen buruk sebagai “akar penyebab kegagalan Signature Bank.”

Sambil menunjukkan ketergantungan Signature Bank pada simpanan yang tidak diasuransikan tanpa kontrol risiko tepat, Gruenberg menambahkan, “selain itu, bank gagal memahami risiko hubungannya dan ketergantungannya pada simpanan industri kripto atau kerentanannya terhadap pengaruh buruk dari gejolak industri kripto yang terjadi pada akhir 2022 hingga 2023.”

Meskipun regulator dan profesional perbankan menyetujui bahwa deposit run adalah salah satu pendorong utama keruntuhan bank tersebut. Mantan CEO SVB, Greg Becker menyalahkan kenaikan suku bunga di antara faktor kejatuhannya.

Menurut Becker, tidak ada bank yang “dapat bertahan dari bank run dengan kecepatan dan ukurannya itu.” Gruenberg mengungkapkan, kegagalan SVB dan Signature Bank mengakibatkan kerugian masing-masing sebesar US$16,1 miliar atau Rp 2.396 triliun dan US$2,4 miliar atau Rp357 triliun.

Untuk mengakhiri diskusi, Gruenberg mengatakan bahwa bank dengan aset US$100 miliar (setara Rp 1.488 triliun) atau lebih “layak mendapat perhatian khusus, termasuk pertimbangan persyaratan utang jangka panjang untuk memfasilitasi resolusi yang tertib.”

Di sisi lain, menurut tinjauan awal dari Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS, tidak secara eksplisit menyalahkan paparan mata uang kripto atas runtuhnya Signature Bank.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh laman Cointelegraph, banyak regulator dan pembuat undang-undang terus meminta diskusi seputar kripto atas runtuhnya Signature Bank, Silicon Valley Bank, dan Silvergate Bank. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: