Menlu Retno Dukung Mochtar Kusumaatmadja Segera Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyatakan dukungannya agar sosok penting di balik Deklarasi Djuanda 1957, Mochtar Kusumaatmadja, segera dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
"Bagi saya, Profesor Mochtar Kusumaatmadja sudah merupakan seorang pahlawan, karena itu pemberian gelar pahlawan nasional bagi beliau sangatlah pantas," ujar Retno, dalam seminar nasional di Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rabu (24/5/2023).
Baca Juga: Di Depan 9 Menlu Negara Asia Tenggara, Retno Marsudi: Gak Kebayang Kalau Gak Ada ASEAN
Retno mengakui, Mochtar telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia dan dunia, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia, terkhusus untuk para diplomat Indonesia.
Ia lalu bercerita sejumlah pencapaian Mochtar semasa hidupnya. Menurut Retno, Mochtar merupakan diplomat ulung yang telah menorehkan beberapa jejak penting bagi sejarah diplomasi Indonesia.
"Prof. Mochtar pernah menjadi Guru Besar Universitas Padjadjaran, Menlu Indonesia, dan menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi anggota pakar hukum internasional yang dibentuk oleh PBB. All of this in one lifetime," tutur Retno.
Selain itu, Retno menyampaikan, pertama, Mochtar berperan penting memperjuangkan pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan, ketika konsep Negara Kepulauan dalam Konvensi Hukum Laut diterima pada Konveksi Hukum tahun 1982.
Lalu, berkat Mochtar, sebuah Deklarasi Unilateral, Deklarasi Djuanda juga kemudian menjadi hukum internasional yang diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut II Tahun 1982 (UNCLOS 1982).
"Jadi, Indonesia berhasil memperoleh gelar di wilayah perairannya tanpa mengangkat senjata. Perairan kita tidak lagi terpecah wilayahnya, tapi jadi lebih utuh sebagai NKRI. UNCLOS 1982 ini, akan terus digunakan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya," jelasnya.
Kedua, Retno menyebut Mochtar juga mengedepankan soft power diplomacy, sebuah terobosan diplomasi pada masanya, yang sukses mempromosikan budaya Indonesia dan membangun citra positif Indonesia di kancah internasional.
"Ketiga, beliau menginisiasi mediasi konflik antara Vietnam dan Kamboja. Upaya diplomasi beliau membuka jalan bagi rangkaian proses perdamaian dengan menghasilkan Ho Chi Minh City Understanding," ungkapnya.
Baca Juga: Pimpin Rapat Menlu se-ASEAN, Retno Marsudi Beberkan 4 Isu Bahasan KTT ke-42 ASEAN
Perjanjian tersebut kemudian menjadi landasan pelaksanaan Jakarta Informal Meeting, yang kemudian juga menjadi landasan bagi Paris Peace Agreement.
"Yang sampai saat ini, masih terus diingat paling tidak oleh Kamboja dan Vietnam," sambungnya.
"Sebagai Menlu, beliau paham betul pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan dan ekspektasi dunia terhadap kepemimpinan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai konflik," tandas Retno.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement