Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dalam Sebulan Hanya 21 Ribuan Bayi yang Lahir di Korea Selatan, Datanya Menyakitkan

Dalam Sebulan Hanya 21 Ribuan Bayi yang Lahir di Korea Selatan, Datanya Menyakitkan Kredit Foto: Reuters/Heo Ran
Warta Ekonomi, Seoul -

Jumlah bayi yang lahir di Korea Selatan turun ke level terendah baru di bulan Maret, dengan hanya 21.138 bayi yang lahir, menurut laporan Statistik Korea pada Rabu (24/5/2023).

Menurut data tersebut, terjadi penurunan 8,1% kelahiran dari tahun sebelumnya sehingga memperparah krisis populasi yang mengerikan di negara dengan ekonomi nomor 4 di Asia ini.

Baca Juga: Miris, Populasi Jepang Merosot Drastis ke Titik Terendah dalam Sejarah

Angka ini merupakan angka terendah untuk bulan Maret sejak badan statistik mulai mengumpulkan data bulanan pada tahun 1981.

Jumlah bayi yang lahir di Korea Selatan telah turun setiap tahunnya selama 88 bulan berturut-turut.

Angka kelahiran yang rendah telah menjadi salah satu krisis utama bagi Korea Selatan, dengan generasi muda menunda atau menyerah untuk memiliki bayi karena tingginya harga rumah dan ketidakpastian ekonomi.

Tingkat kesuburan total negara itu, jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya, mencapai 0,81 pada kuartal pertama tahun 2023, turun 0,06 dari tahun sebelumnya.

Para ahli mengatakan angka ini diperkirakan akan terus menurun di masa mendatang, mengingat lebih banyak bayi yang lahir di awal tahun.

Angka terbaru ini jauh lebih rendah daripada tingkat penggantian 2,1, yang akan menjaga populasi Korea Selatan tetap stabil di angka 51,5 juta.

Sementara itu, angka kematian terus melebihi angka kelahiran, sebuah tren yang terus berlanjut sejak tahun 2020.

Jumlah kematian mencapai 28.922 pada bulan Maret, turun 35,2 persen dari tahun sebelumnya, data menunjukkan, yang mengarah ke penurunan alamiah sebesar 7.784. Penurunan jumlah kematian ini terjadi di tengah meredanya dampak pandemi COVID-19.

Data menunjukkan bahwa jumlah pernikahan melonjak 18,8 persen pada tahun ini menjadi 18.192, karena lebih banyak pasangan yang mengikat janji suci di tengah peraturan pandemi yang telah dicabut.

Perceraian naik 4,7 persen menjadi 8.255 kasus selama periode tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: