Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

'China bakal Membuat Putin Bangkrut dalam Semalam Jika Senjata Nuklir Ditembakkan'

'China bakal Membuat Putin Bangkrut dalam Semalam Jika Senjata Nuklir Ditembakkan' Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, London -

China menginginkan Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir, kata penyiar Inggris dan mantan politikus Nigel Farage dalam wawancara eksklusif dengan pakar geopolitik, makroekonomi, keuangan, dan penyiar Dr Roger Gewolb.

"Putin sekarang secara efektif menjadi proksi untuk Partai Komunis China (PKC). Saya pikir Partai Komunis China memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Putin. Mereka bisa membuatnya bangkrut dalam semalam. Mereka benar-benar dapat membuatnya bangkrut, tetapi mereka tidak akan melakukan itu. Mereka terlalu pintar untuk itu," kata presenter GB News ini.

Baca Juga: Bocoran Komunitas Intelijen Soal Senjata Nuklir Rusia: Putin Tidak Akan Melakukannya

Dilansir Express, Farage mengatakan, rencana penggunaan senjata nuklir sudah mereda. Namun ia mengingatkan situasi terburuk itu akan menjadi masalah serius bersama.

"Jadi saya pikir ancaman penggunaan senjata nuklir telah surut karena itu adalah hal terakhir yang diinginkan China untuk terjadi pada dunia. Mari kita berharap dan berdoa agar saya benar, tetapi ini tentu saja merupakan situasi yang cukup serius," terangnya.

Namun Farage tidak menjelaskan mengapa Beijing tidak ingin Rusia menggunakan senjata nuklir atau bagaimana China dapat membuat Putin bangkrut.

Dalam wawancara tersebut, Farage membahas sejumlah isu topikal, termasuk imigrasi, Brexit, jabatan perdana menteri Liz Truss, dan prospek pemilihan kembali Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Farage juga mengecam para pemimpin dunia saat ini, yang dia tuduh kurang berpengalaman di dunia nyata.

Perlu diketahui, China adalah sekutu terkuat Rusia dan kedua negara telah memperdalam hubungan ekonomi mereka sejak pasukan Putin menginvasi Ukraina pada bulan Februari tahun lalu.

Perang Rusia memicu gelombang sanksi ekonomi yang menghukum yang mendorong Moskow untuk bersandar pada Beijing untuk mendapatkan dukungan dengan negara Putin beralih ke China untuk mengambil lebih banyak ekspor minyak dan gasnya. Pengiriman energi Moskow ke Cina diperkirakan akan meningkat 40% tahun ini.

Putin menandatangani sebuah kemitraan "tanpa batas" dengan Presiden China Xi Jinping tahun lalu, tak lama sebelum diktator Rusia tersebut memerintahkan invasi ke Ukraina.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: