Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bandingkan dengan Startup, Indrawan Nugroho: Musuh Terbesar Inovasi adalah Korporasi Itu Sendiri

Bandingkan dengan Startup, Indrawan Nugroho: Musuh Terbesar Inovasi adalah Korporasi Itu Sendiri Kredit Foto: Unsplash/Avel Chuklanov
Warta Ekonomi, Depok -

Akhir-akhir ini, banyak perusahaan startup (rintisan) yang berdiri di Indonesia. Startup merujuk pada perusahaan yang baru saja terbentuk sehingga belum lama dioperasikan. Istilah startup seringkali ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan produk dan layanan jasa.

CEO dan Co-founder di Corporate Innovation Asia (CIAS) Indrawan Nugroho mengatakan bahwa terdapat beberapa perbedaan kultur perusahaan antara startup dan korporasi besar. Perbedaan tersebut terletak pada cara pikir, cara kerja, dan paradigma organisasi.

“Kita lihat saja kita pakai istilah startup dengan korporasi. Yang menarik adalah lima tahun yang lalu, itu aku banyak diskusi sama teman-teman corporate yang mana mereka punya keinginan untuk mengadopsi cara berpikir, paradigma, dan cara kerjanya startup. Mereka bilang enggak bisa, itu hal berbeda ibarat kayak yang satu ikan air tawar dan satu lagi ikan air laut, habitatnya beda. Yang lo bisa adopsi adalah mindset-nya dan mungkin cara kerjanya. Tapi lo enggak bisa berubah jadi kayak startup,” kata Indrawan, dikutip dari kanal Youtube Tom MC Ifle pada Kamis (08/06/23).

Baca Juga: Dukung Pertumbuhan Startup, Ini Alasan Triputra Group Masuk ke Ekosistemnya

Dengan perbedaan kultur organisasi tersebut, ia menyebut bahwa inovasi adalah musuh terbesar dari korporasi. Ia menjelaskan bahwa korporasi hanya berorientasi pada hasil sehingga tidak membuka ruang eksperimen bagi perusahaan.

“Justru musuh terbesar dari inovasi itu adalah si korporasi itu sendiri. Pertama misalnya adalah desain dari organisasinya yang lapisannya sudah sangat banyak gitu orangnya sangat banyak. Kedua, kita ngomongin sistem, yang paling simpel aja misalnya KPI-nya yang sangat result-oriented banget, enggak ada KPI yang membantu mengukur eksperimentasi, bahkan sesuatu yang kesalahan itu dianggap sebuah hal yang tabu. Belum lagi budaya yang ada di sana budaya eksekusinya sangat kuat sehingga enggak memberikan ruang kesalahan,” jelasnya.

Dengan demikian, ia mengatakan bahwa korporasi besar mengendalikan pertumbuhan bisnis melalui benchmark (penolokukuran). Hal ini yang membedakannya dengan startup.

“Jadi perusahaan besar itu sangat jago dalam menjalankan best-practice dan mantranya adalah benchmarking. Makanya teman-teman yang belajar MBA itu sebenarnya dia belajar untuk bisa running and stabilized sebuah perusahaan. Kalau belajar MBA sebelum mulai startup, itu startup enggak akan berjalan,” bebernya.

Lebih lanjut, Indrawan menyatakan bahwa baik korporasi maupun startup memiliki hambatan yang sama, yaitu masalah sumber daya manusia (SDM).

“Hampir semua aspek dalam sebuah organisasi yang sudah lama berdiri bisa menjadi hambatan. Misalnya cara berpikir SDM-nya yang kaku dan sok pintar. Sebenarnya wajar sok pintar karena dia sudah membuktikan dirinya belasan tahun bahwa dia berhasil. Sementara inovasi itu kan kita menciptakan sesuatu untuk masa depan yang kita enggak tahu bakal kepakai atau enggak,” tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: