Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Keluar Dari Daftar 10 Besar Negara Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca

Indonesia Keluar Dari Daftar 10 Besar Negara Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, mengatakan Indonesia saat ini tidak lagi masuk dalam daftar 10 besar negara penyumbang emisi gas rumah kaca.

Kepastian tersebut menurut Dwikorita didapatkan setelah adanya hasil pemantauan  dari alat global greenhouse watch yang memonitor gas rumah kaca.

“Ternyata emisi kita kita dibawah rata rata global. Sebelumnya kita masuk sepuluh besar penghasil rumah kaca di dunia dan ini tidak bagus. Dengan adanya global ini ternyata rata-rata emisi gas rumah kaca di bawah global, sehingga keluar dari sepuluh besar penghasil gas rumah kaca,” kata Dwikorita Karnawati dalam Diskusi “Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim”, kemarin.

Dwikorita menyebutkan tahun lalu Indonesia masih masuk dalam daftar sepuluh besar negara penyumbang gas emisi rumah kaca di dunia. Dengan adanya pemasangan alat pemantau emisi gas rumah kaca ini menurut Dwikorita semakin bisa mengontrol emisi gas rumah kaca di tanah air.

Ia menyebutkan ada global greenhouse watch yang dipasang di seluruh dunia. “Alat ini sebagai pengawas atmosfer global. Satu diantaranya ada di BMKG. Tugasnya memonitor gas rumah kaca penyebab utama terjadinya pemanasan global. Kita diharapkan nantinya bisa memahami secara mendalam dimana sumber gas rumah kaca di tingkat lokal. Saya kira perlu keterlibatan perguruan tinggi untuk memantau dan menganalisis,” ujarnya.

Dalam pemaparannya, Dwikorita menjelaskan emisi gas rumah kaca terdiri atas senyawa co2, ch4 dan N20 dimana memiliki kecenderungan meningkat dalam beberapa dekade terakhir.

Kekeringan akibat pemanasan global dengan kenaikan suhu bumi 1-2 derajat celcius telah mengakibatkan bencana kekeringan dan banjir di belahan dunia. “Tidak hanya kekeringan, kondisi ketersediaan sumber daya air makin rendah baik di negara maju maupun negara berkembang. Lalu adanya ancaman ketahanan pangan global, krisis pangan semakin menguat dan merata. Diprediksi oleh FAO pada tahun 2050 sekitar 500 juta petani yang menghasilkan 80% produk pangan global akan kena dampak, kelaparan dimana-mana, nanti tidak ada negara yang bisa saling menolong, karena kekurangan pangan masing-masing,”pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: