Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ChatGPT dan Masa Depan Pekerjaan Manusia: Ibarat Bom Atom yang Meluluhlantakkan Dunia saat Ini

ChatGPT dan Masa Depan Pekerjaan Manusia: Ibarat Bom Atom yang Meluluhlantakkan Dunia saat Ini Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

OpenAI meluncurkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) terbaru yang menggembarkan dunia, yakni ChatGPT. Kehadiran ChatGPT diklaim dapat membantu dan memudahkan kehidupan manusia. Pada saat yang sama, ChatGPT memunculkan kekhawatiran akan masa depan pekerjaan manusia.

Mendikbudristek Indonesia, Nadiem Makarim, hanya salah satu pihak yang merasakan kekhawatiran bahwa ChatGPT dapat mengganggu sistem pendidikan. Dalam sebuah kesempatan, Nadiem mengatakan kepada CEO OpenAI, Sam Altman, bahwa para guru cemas pekerjaannya akan digantikan oleh ChatGPT.

Baca Juga: Mengenal Generasi Internet Masa Depan Web 3.0: Perkembangan, Peluang, dan Ancaman

Tak cuma di sektor pendidikan, sudah banyak pembahasan yang mengatakan bahwa ChatGPT sangat mungkin mengambil alih pekerjaan manusia di berbagai sektor. CEO dan Co-founder Corporate Innovation Asia (CIAS), Indrawan Nugroho, menyampaikan bahwa ChatGPT mampu mendisrupsi segalanya dalam waktu singkat. Ia bahkan mengumpamakan ChatGPT sebagai bom atom di masa depan.

"Kehadiran ChatGPT akan mendisrupsi segalanya, seperti bom atom perangkat lunak yang akan meluluhlantakkan dunia yang kita kenal sekarang," ungkapnya dalam YouTube pribadinya, disimak pada Kamis, 15 Juni 2023.

Memang, seberapa canggih ChatGPT hingga mampu mengancam masa depan pekerjaan manusia? Kenali lebih jauh dalam informasi yang telah Redaksi Warta Ekonomi rangkum berikut ini.

Apa Itu Chat GPT?

Melansir dalam laman resmi openai.com, ChatGPT merupakan kecerdasan buatan yang didesain untuk dapat berinteraksi, menjawab pertanyaan, menantang premis yang keliru, hingga menolak permintaan yang kurang pantas.

ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI, laboratorium riset kecerdasan buatan yang didirikan oleh Elon Musk, Sam Altman, dan Greg Brockman pada Desember 2015 lalu.

ChatGPT Si AI Serba Bisa

OpenAI pada awalnya mengembangkan GPT, model bahasa berbasis neural network yang menggunakan unsuperviced learning untuk menghasilkan teks bahasa yang alami. Kemampuan GPT terus dikembangkan supaya bisa menjalankan berbagai macam tugas manusia menjadi GPT2 dan kemudian ChatGPT yang mampu berinteraksi dengan manusia melalui percakapan.

Tak berlebihan jika menyebut ChatGPT si AI serba bisa. Pasalnya, kemampuan ChatGPT memang memukau, termasuk dalam melakukan pemrograman dasar, membuat analisis keuangan, menulis puisi, menciptakan lagu, menulis artikel dan esai. ChatGPT juga bisa meniru, menjelaskan, bahkan mengingat apa yang sudah dikatakan. 

Baca Juga: Sejarah Dolar AS Jadi Mata Uang Dunia dan Efek Ngeri Dedolarisasi Bagi Ekonomi Global, Simak!

Lebih dari itu, ChatGPT mampu meringkas artikel ilmiah, menjalankan fungsi customer service berbasis chat, membuat prediksi, dan menterjemahkan bahasa. 

"ChatGPT menguasai berbagai jenis kemampuan. Bisa jadi, tidak ada satu manusia pun yang menguasai kemampuan sebanyak yang bisa dilakukan oleh ChatGPT," tandas Indrawan.

Kecepatan ChatGPT dalam melakukan suatu pekerjaan juga melampaui kemampuan manusia. Misalnya saja, manusia butuh hitungan jam untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, ChatGPT bisa menyelesaikan pekerjaan itu hanya dalam hitungan detik.

ChatGPT dan Ancaman Masa Depan Pekerjaan Manusia

Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, ChatGPT benar-benar mampu memberi ancaman bagi masa depan pekerjaan manusia. Seorang sejarawan dan penulis buku Homo Deus, Yuval Noah, bahkan mengatakan bahwa untuk pertama kalinya, gambaran pasar kerja manusia sulit dipahami dengan adanya AI dan ChatGPT.

"Kita tengah menghadapi situasi unik dalam sejarah umat manusia. Untuk pertama kalinya kita tidak memahami bagaimana gambaran pasar kerja pada 20 hingga 30 tahun mendatang."

ChatGPT dinilai berpotensi mendisrupsi dunia kerja. Jika sebelumnya AI level dasar dan robot sudah menggusur para pekerja kerah biru (buruh), ChatGPT diprediksi akan mendisrupsi sektor  pekerja kerah putih (pekerja kantoran), seperti copywriter, content wirter, programmer pemula, dan knowledge worker lainnya.

Seperti yang disampaikan oleh Nadiem Makarim, ChatGPT sangat mungkin membuat para guru dan dosen cemas karena para murid dan mahasiswa bisa memakai ChatGPT untuk menyelesaikan tugas. Bagaimana tidak, seorang pengamat pernah mencoba membuat esai menggunakan ChatGPT. Esai itu terus dicek menggunakan aplikasi pemeriksa plagiarisme, hasilnya tidak ada indikasi esai itu produk plagiat. Esai itu dinilai original dan unik.

Editor in Chief Wall Street Journal, Matt Murray, pernah mempertanyakan apakah ChatGPT atau AI sejenis akan menggantikan manusia dalam bergam pekerjaan? CEO Microsoft, Satya Nadella, pun memberi jawaban yang tak membantah fakta tersebut.

"Jelas akan ada pekerjaan-pekerjaan yang akan tergantikan oleh AI. Sepanjang sejarah manusia, kehadiran teknologi, apapun itu, selalu memberikan implikasi tersebut. Namun semestinya sekarang ini kita sudah lebih baik dan lebih siap mengantisipasinya karena informasi dan ilmu sudah lebih mudah diakses," pungkas Nadella.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Advertisement

Bagikan Artikel: