Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Beda dari Kapitalisme Negara Lain, Kapitalisme Ala China Buat Pertumbuhan Ekonomi Makin Tinggi

Beda dari Kapitalisme Negara Lain, Kapitalisme Ala China Buat Pertumbuhan Ekonomi Makin Tinggi Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Depok -

Sebagai salah satu kekuatan besar di dunia, keberhasilan China dalam membangun perekonomian negara yang berkelanjutan tentu saja ditopang dari pemilihan sistem ekonomi yang paling sesuai dengan kondisi masyarakatnya.

China selama ini membanggakan diri sebagai negara komunis. Namun, pada praktiknya China menggunakan sistem ekonomi kapitalisme yang membuatnya menjadi raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS).

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan bahwa sistem kapitalsime yang ditetapkan oleh China berbeda dengan sistem kapitalisme yang pada umumnya digunakan oleh negara lain. Dalam hal ini, kapitalisme yang dimaksud adalah gabungan antara mekanisme pasar dengan intervensi negara.

Baca Juga: Miliarder China Hui Ka Yan Punya Perusahaan Paling Berutang di Dunia, Kok Enggak Digulingkan?

“China punya sistem yang berbeda dengan Amerika Serikat, berbeda dalam banyak hal, dari sisi culture, dari sistem work ethic, dari sisi macam-macam, termasuk di antaranya dalam sistem ekonominya. China dari sisi sistem politiknya tentu saja komunis. Tapi pada kenyataannya, dalam praktik ekonomi, banyak sekali menganut kapitalisme. Hanya saja, kapitalisme bukan menekankan pada kepemilikan individu, tapi kapitalisme yang banyak diatur oleh negara. Jadi istilahnya disebut dengan command capitalism, kapitalisme tapi enggak dibebasin,” kata Faisal, dikutip dari kanal Youtube CORE INDONESIA pada Senin (19/6/2023).

Ia menjelaskan, sektor publik berjalan berdampingan dengan sektor swasta. Dalam hal ini, pemerintah berperan penting dalam merancang kebijakan pembangunan, mengendalikan pasar, dan juga mengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Jadi ciri-cirinya, bahwa adalah memang ada sektor swastanya, ada mekanisme pasar, tapi dia berdampingan dengan sistem sektor publik yang juga kuat. Pemerintah itu terlibat dalam perencanaan ekonomi, mempengaruhi pasar, mengendalikan banyak hal termasuk industri-industri strategis, dan termasuk yang disebut dengan BUMN. Di China itu peran BUMN-nya nya sangat besar. Dalam sistem kapitalisme dasar tidak boleh seperti itu, tapi di China itu yang dilakukan,” jelasnya.

Namun, ia menjelaskan bahwa semenjak kemerdekaannya, China tidak serta merta langsung menggunakan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini baru diterapkan ketika Presiden Deng Xiaoping menerapkan kebijakan untuk membuka ekonomi China ke perdagangan dan investasi internasional. Hal ini memungkinkan perusahaan dan individu untuk bersaing mengakumulasi kapital.

“Perkembangan historis, sebetulnya China tidak ujug-ujug lantas dia menganut kapitalisme. Pada awalnya masih tertutup, tapi kemudian dalam prosesnya berevolusi. Setelah China membuka diri, apalagi dia membuka perdagangan internasional, dia menjadi negara yang sangat-sangat kompetitif. Karena di satu sisi peran negaranya besar, negara banyak mengatur bahwa ini boleh ini tidak boleh. Tapi di sisi lain dia membebaskan perusahaan-perusahaan swasta dan individu untuk bersaing,” tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: