Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jemaah Haji Jabar Berburu Makanan Khas Indonesia Sampai Mancanegara

Jemaah Haji Jabar Berburu Makanan Khas Indonesia Sampai Mancanegara Kredit Foto: Biro Adpim Setda Pemdaprov Jabar
Warta Ekonomi, Mekkah -

Pelayanan konsumsi bagi jemaah haji di pemondokan di Kota Mekkah sementara dihentikan dari 25 Juni 2023 hingga 3 Juli 2023. Jemaah haji pun harus memasak atau membeli makanan sendiri di restoran atau kedai sekitar pemondokan menggunakan uang living cost yang sudah diberikan pemerintah di asrama haji.

Situasi di kawasan pemondokan Jemaah Haji Jawa Barat (Jabar) di Mahbas Jin pun sangat ramai, terutama pada pagi hari. Jemaah Haji Jabar berburu makanan dari satu kedai ke kedai yang lainnya, dari warung makanan Indonesia dan minimarket sampai ke restoran makanan mancanegara.

Baca Juga: Viral Penampakan Menu Makan Jemaah Haji 2023, Netizen 'Speechless': Bayar Mahal Tapi Dapet Makanan Kayak Gini?

Ketika berbelanja dan membeli makanan, Jemaah Haji Jabar mengantre dengan tertib. Di sebuah gang di area pemondokan, terlihat puluhan orang mengantre menuju sebuah kedai makanan Indonesia. Antrean ini berjalan dengan tertib, tanpa ada kekacauan sedikit pun.

Muhammad, seorang jemaah haji asal Kabupaten Bandung, mengungkapkan pemandangan panjangnya antrean di kedai makanan ini sangat menarik. Di Tanah Suci, jemaah haji belajar untuk mengikuti antrean agar terhindar dari kekacauan.

"Saya melihat banyak hal yang kita pelajari di Tanah Suci. Kita sering berebutan tempat duduk di bus sholawat dengan jemaah haji dari negara lain, berebutan untuk membeli makanan, air minum, atau bahkan antrean di toilet di Mina. Ada hikmahnya, kita ingin menjaga ketertiban untuk keamanan bersama. Mengantre adalah cara yang adil. Alhamdulillah, meskipun harus menunggu, semuanya berjalan dengan tertib," ungkap Muhammad dalam keterangan resminya kepada Diskominfo Jabar, Minggu (2/7/2023).

Di kedai tersebut, Muhammad membeli oseng sayur campur dan balado goreng kentang sebagai hidangan makan siang dan makan malam. Ia memaklumi pemerintah tidak menyediakan konsumsi karena adanya banyak kendala lalu lintas dan penutupan jalan.

"Kita memahaminya. lalu lintas di mana-mana sangat padat, banyak jalan yang ditutup. Ke Masjidil Harom saja belum ada bus. Sulit bagi katering untuk mengantarkan makanan ke hotel kita. Untungnya, pemerintah memberikan dana sebesar Rp3 juta untuk membeli makanan selama masa ini. Kita tetap menikmatinya, semoga ini bisa menjadi bagian dari ibadah kita," jelasnya

Jemaah haji asal Kota Bekasi, Iis, pun tampak mengantre martabak telur khas Turki di sebuah kedai bersama jemaah haji lain asal Jawa Barat. Ia mengatakan absennya konsumsi dari hotel menjadi kesempatannya berjelajah kuliner.

"Kita sih ada masak, beli rice cooker. Tapi pengen jajan juga kan. Sudah banyak jajan di sini, dari martabak, kemaren beli bubur ayam sama bala-bala, bubur kacang juga ada. Apalagi bakso, sering. Lumayan enak-enak," kata Iis.

Iis mengatakan, sebagian jemaah yang tergabung dalam kelompok bimbingan ibadah haji mendapat makan dengan cara koordinasi. Sebagian jemaah haji mandiri pun kerap menitip makanan kepada kelompok-kelompok bimbingan yang ada.

Jemaah haji lainnya asal Kabupaten Pangandaran, Partini, tampak sedang menunggu di kedai bakso Rusia. Jemaah haji Jawa Barat menyebut kedai ini dengan nama demikian karena bakso ini dijual di hotel pemondokan jemaah haji asal Rusia, yang ditandai dengan bendera Rusia yang terpampang di dinding-dinding hotelnya.

"Lagi pengen bakso buat sarapan, buat dicampur pakai nasi yang dimasak di kamar. Ini masih nunggu refill karena baksonya habis. Kita sabar saja, mudah-mudahan jadi ibadah buat semua," kata Partini.

Sementara itu, Ade, seorang jemaah haji asal Kabupaten Tasikmalaya, bersyukur karena bisa menemukan banyak makanan khas Indonesia di sekitar Mahbas Jin. Dari waktu subuh hingga pagi, ia masih bisa membeli makanan-makanan tersebut.

"Biasanya ada pedagang yang menjajakkan makanan dengan menggunakan keranjang di pinggir jalan, seperti bala-bala, bubur ayam, mie ayam, dan bubur kacang. Ini cukup untuk mengobati rasa kangen pada rumah," katanya.

Ade mengatakan bahwa mengantre untuk mendapatkan makanan juga memberikan kesenangan tersendiri, bahkan dapat menghibur para lansia yang ikut serta dalam antrean tersebut. Ia berharap rasa makanan yang akan dibelinya akan mengobati kerinduan akan kampung halamannya.

"Ibu-ibu lansia juga ingin ikut serta, padahal sebenarnya saya ingin membelikannya saja. Mereka menikmati proses mengantre ini. Mungkin nantinya akan ada cerita menarik bagi orang-orang di rumah bahwa kami pernah mengantre untuk mendapatkan makanan, berburu makanan dengan seru, dan saling bertukar informasi mengenai makanan," jelasnya 

Ketertiban yang ditunjukkan oleh jemaah haji asal Jawa Barat saat membeli makanan ini mendapat apresiasi dari Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, yang secara langsung memantau kondisi para jemaah yang sedang antre untuk membeli makanan di area Mahbas Jin pada Sabtu (1/7/2023).

"Alhamdulillah, jemaah haji asal Jawa Barat sangat tertib, tidak ada persaingan yang berlebihan. Mereka antre dengan sabar meskipun perut mereka kosong. Semoga ketertiban ini terus terjaga di mana pun mereka berada, dan memperkuat budaya tertib sebagai ciri khas orang Jawa Barat," ucap Pak Uu sapaan Uu Ruzhanul.

Pak Uu pun mengajak para bupati dan wali kota untuk menganggarkan biaya makanan dan minuman bagi para jemaah haji saat layanan konsumsi di Mekkah terhenti. Ia mengatakan, dengan adanya anggaran khusus dari bupati dan wali kota, pembelian makanan di masa-masa sebelum dan setelah puncak haji ini dapat dipenuhi. 

Pelaksanaannya, bisa saja pembelian makanan dikoordinasikan dengan pengelola tempat makan sekitar pemondokan sehingga jemaah haji tinggal menikmatinya di pemondokan. Atau dikoordinasikan seperti yang dilakukan sejumlah KBIH.

"Memang beberapa hari ini masyarakat Jawa Barat, makan itu sekarang mendatangi restoran. Alhamdulillah mereka tidak kesulitan komunikasi karena para pedagang sudah bisa bahasa Indonesia. Bahkan bisa pakai rupiah," katanya.

Baca Juga: Alhamdulillah, Seluruh Jemaah Haji Jabar Sudah Tiba di Arafah!

Ke depannya, pemerintah bisa memberikan uang untuk para jemaah haji, termasuk uang makan untuk keberangkatan dan kepulangan jemaah.

Di sisi lain, Pak Uu mengatakan perjuangan memasak sendiri atau membeli makanan di tempat makan sekitar pemondokan dapat menjadi ladang ibadah, apalagi disertai dengan kesabaran.

"Para bupati dan wali kota harus ada bantuan hibah kepada jamaah untuk mengantisipasi tidak adanya konsumsi. Saya harap ada juga makanan untuk keberangkatan dan kedatangan di Tanah Air, juga di hari-hari sekitar puncak haji," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: