Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menperin: PMI Manufaktur Juni 2023 Naik Tinggi, tapi Industri Tekstil Masih Menderita

Menperin: PMI Manufaktur Juni 2023 Naik Tinggi, tapi Industri Tekstil Masih Menderita Pekerja menyelesaikan produksi kain di PT Trisula Textile Industries di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Bank Indonesia Jawa Barat memprediksi akan terjadi gejolak pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyusul kondisi geopolitik global dan kenaikan upah serta perlambatan ekonomi akibat inflasi tinggi di negara tujuan ekspor. | Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, di tengah kondisi ekspansif sektor manufaktur nasional, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi. Bahkan, termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

Menurutnya, hal ini disebabkan industri tekstil di pasar domestik masih didominasi oleh produk impor, terutama yang masuk melalui PLB (Pusat Logistik Berikat).

Baca Juga: Dukung Daya Saing Industri, BBSPJI Selulosa Kemenperin Perluas Lingkup Layanan

"Karena iutu, Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor," kata Menperin Agus dalam keterangannya, Senin (3/7/2023).

Namun, lanjut dia, Kemenperin juga melihat peluang bagi industri TPT dengan adanya tahun ajaran baru sekolah. Hal ini diyakini mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

"Diharapkan, untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai di pemerintah dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut," ujarnya.

Menperin menjelaskan, capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Juni menyentuh level 52,5 atau naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di tingkat 50,3.

"Alhamdulillah, kita harus bersyukur bahwa aktivitas industri manufaktur kita terus bergeliat. Ini ditandai capaian PMI Manufaktur Indonesia tetap di fase ekspansif hingga 22 bulan berturut-turut atau hampir dua tahun. Artinya, tingkat optimisme dari para pelaku industri kita secara keseluruhan juga meningkat," jelasnya.

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), China (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).

"Kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang telah kami rilis sebelumnya bahwa IKI di bulan Juni 2023 mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022 lalu," tutur Agus.

Sebelumnya, Berdasarkan laporan S&P Global, ekspansi yang dialami industri manufaktur Indonesia pada Juni 2023 didukung oleh peningkatan pada permintaan baru. Ini mengakibatkan kenaikan produksi yang juga turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja.

Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence Jingyi Pan mengatakan, momentum pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada bulan Juni. "Laju kenaikan permintaan secara keseluruhan tergolong solid meskipun kurangnya permintaan eksternal terus menghambat pertumbuhan penjualan total," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: