Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jelang IPO, Yuk, Cermati Latar Belakang dan Target Cinema XXI!

Jelang IPO, Yuk, Cermati Latar Belakang dan Target Cinema XXI! Kredit Foto: Antara/Abriawan Abhe
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cinema XXI semakin melebarkan sayap bisnisnya. Setelah melewati serangkaian proses, pada 2 Agustus 2023 mendatang, perusahaan yang berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya itu rencananya akan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lantas, apa saja yang perlu diketahui tentang perusahaan bioskop terbesar di tanah air itu?

Mengenal Cinema XXI: Berdiri Sejak 1987 dan Terus Berkembang Hingga Kini

Merujuk dari situs resminya, Cinema XXI berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya alias perusahaan bioskop terbesar di Indonesia yang sudah berdiri selama 36 tahun sejak tahun 1987. Per Maret 2023, Cinema XXI telah menyediakan 1.235 layar di 230 bioskop yang tersebar di 71 kota berbeda di seluruh Indonesia. 

Dalam rangka mempermudah akses bagi masyarakat, pada tahun 2006, Cinema XXI meluncurkan layanan pemesanan tiket bioskop secara daring yang diberi nama m.tix. Kemudian, pada tahun 2012 lalu, Cinema XXI menghadirkan pengalaman menonton dengan teknologi revolusioner, yakni IMAX Theater. Dalam lima tahun ke depan, rencananya Cinema XXI ingin mencapai target 2.000 layar dan terus mengembangkan layanannya.

Perihal performa keuangan, sepanjang tahun lalu, seiring dengan melandainya kasus Covid-19 di tanah air, Cinema XXI berhasil mencetak laba sebesar Rp506 miliar alias meroket 242,93% setelah merugi Rp354 miliar pada tahun sebelumnya. 

Hal itu ditopang oleh melompatnya angka pendapatan sebesar Rp4,40 triliun yang ditopang oleh penjualan tiket sebesar 61%; penjualan snack sebesar 33%; pendapatan iklan sebesar 3%; dan digital platform sebesar 3%.

Baca Juga: Tawarkan 8,33 Miliar Saham ke Publik, Cinema XXI Incar Dana Segar Rp2,4 Triliun

Targetkan Dana Hingga Rp2,4 Triliun, Apa Rencana Cinema XXI? 

Pada Senin, 10 Juli 2023 ini, pengelola Cinema XXI, PT Nusantara Sejahtera Raya, resmi memulai masa penawaran umumnya sampai 14 Juli 2023 mendatang. Perusahaan jejaring bioskop itu menawarkan sebanyak-banyaknya 10% dari modal ditempatkan dan disetor setelah Initial Public Offering (IPO) atau setara dengan 8,33 miliar lembar saham baru.

Direktur Utama Nusantara Sejahtera Raya, Hans Gunadi, mengungkapkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya menawarkan harga di rentang Rp270—Rp288 per lembar. Dengan demikian, dana IPO yang akan didapatkan Cinema XXI setidak-tidaknya berada di rentang Rp2,25—Rp2,4 triliun.

“Kami akan menggunakan 65% dana hasil IPO untuk pendanaan belanja modal pengembangan jejaring bioskop di Indonesia. Kemudian, sekitar 15%-nya akan digunakan untuk modal kerja, sedangkan sisa 20%-nya dipakai untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan,” ungkap Hans dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.

Hans menambahkan, pertumbuhan positif tengah menjangkit bisnis bioskop di Indonesia, khususnya setelah pandemi Covid-19 mereda. Untuk menunjukkan optimisme dan meneruskan tren positif tersebut, Cinema XXI pun memutuskan untuk go public.

“Aksi korporasi ini akan mengukuhkan komitmen Cinema XXI untuk selalu memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menonton film favorit, termasuk dengan membuka bioskop di daerah-daerah yang potensial di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: Hadirkan Sensasi Bioskop di Rumah, ViewSonic Perkenalkan Proyektor X1 LED

Bagaimana Performa Emiten Terdahulu Sejak Go Public?

Sebenarnya, Cinema XXI bukan bioskop pertama yang melakukan penawaran umum. Sebab, pada 10 April 2014, PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) alias pengelola bioskop Blitzmegaplex telah terlebih dahulu melakukannya. Pada tanggal 6 Agustus 2015, perusahaan tersebut bioskop tersebut melakukan rebranding dan mengganti namanya menjadi CGV Blitz yang kemudian lebih dikenal dengan nama CGV.

Sepanjang tahun lalu, CGV dilaporkan menderita kerugian sebesar Rp58,86 miliar. Nominal tersebut sudah terpangkas 77,79% sebab pada tahun 2021, perusahaan tersebut buntung Rp265,11 miliar. Hal itu ditopang oleh pendapatan usaha yang melejit 271,48% menjadi Rp1,05 triliun. 

Perihal performa saham, berdasarkan data RTI Business, sepertinya masyarakat tidak terlalu berminat dengan emiten bioskop satu ini. Sebab, pada penutupan perdagangan Jumat, 7 Juli 2023 saja, meskipun terapresiasi 0,48% ke angka Rp2.110 per unit, volume saham yang diperdagangkan hanya 1,2 ribu lembar dengan nilai transaksi harian sebesar Rp2,6 juta.

Meskipun tidak bergerak di bidang bioskop, performa PT MD Pictures Tbk (FILM) yang berfokus pada bidang produksi film juga bisa ikut ditelisik. Pada tahun 2022, perusahaan tersebut meraup laba sebesar Rp159,98 miliar atau setara dengan peningkatan 375,16% dari tahun sebelumnya. Naiknya angka keuntungan tidak dapat dilepaskan dari melompatnya nominal penjualan yang menyentuh angka Rp436,85 miliar.

Terkait saham, perlu diketahui bahwa pada jeda siang perdagangan hari ini, nilai saham MD Pictures melemah -0,84% ke angka Rp3.540 per lembar. Adapun volume saham yang diperdagangkan menyentuh 2,48 juta lembar saham dengan frekuensi 1.579 kali dan nilai transaksi harian mencapai Rp8,78 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: